Minggu, 28 April 2013

Budidaya ikan koi



Budidaya ikan koi (ragambudidaya) -Ikan koi adalah di antara varian ikan mas yang banyak dipelihara sebagai hiasan. ikan ini memanglah mempunyai penampilan yang menarik. Ada sebagian warna yang menghiasi sisiknya. gabungan warna pada sisik inilah yang bikin ikan koi banyak digemari. ikan ini kabarnya berasal dai jepang serta banyak dikira sebagai ikan yang mendatangkan keberuntungan lalu keuntungan untuk mereka yang berminat membudidayakan ikan koi. type ikan ini dikira mempunyai prospek yang cerah karena ia tidak membutuhkan perlakuan spesial waktu dibudidayakan. tertarik ? 

Keinginan pasar lokal lalu internasional dapat ikan koi terakhir ini makin meroket. walau faktanya ikan koi memilliki harga yang cukup mahal, tetapi yang berminat tidak surut. bila dibanding dengan ikan untuk mengonsumsi, keuntungan yang diperoleh oleh peternak ikan hias jauh semakin besar karena market sharenya multi-negara. disamping itu, ikan hias juga diburu untuk tujuan kontes. bila ikan koi anda berkwalitas, beberapa kontestan ikan koi ini tentu berani membayar lebih. 

Dikarenakan berkerabat, dengan umum dapat dikatakan budidaya ikan koi lebih kurang sama juga dengan tehnik budidaya ikan mas. ikan koi dibagi lagi ke didalam sebagian type yang pembagiannya didasarkan pada corak dan warna sisiknya. didalam dunia perdagangan, ikan koi umumnya dilabeli kualitas a, b, c dan sebagainya. pelabelan ini menurut pada kualitasnya. sesaat itu, bila didasarkan pada warna sisiknya, ikan koi dibagi kedalam sebagian type yaitu : 
  • ikan koi kohaku yang berwarna merah serta putih 
  • ikan koi showa dengan warnah belang merah serta juga putih 
  • ikan koi sanke dengan warna belang merah serta hitam 
Ikan koi terhitung ke didalam type ikan yang dipelihara didalam air tawar dengan iklim berkisar pada angka 8 derajat celsius hingga 30 derajat celsius. koi yaitu ikan omnivora yang mengonsumsi seluruhnya. ia miliki kebiasaan mengaduk-aduk basic kolam untuk melacak makanan yang ada di tempat tersebut. 


Sama layaknya ikan mas, budidaya ikan koi meliputi aktivitas diantaranya persiapan kolam, persiapan induk, sistem pemijahan, pendederan, pembesaran ikan, pemberian pakan, pengendalian hama serta juga penyakit serta paling akhir yaitu pemanenan. dengan umum, tidak ada perbedaan mencolok pada tehnik budidaya ikan mas serta ikan koi, cuma saja perhatian spesial mesti diberikan pada penentuan bibit ikan koi terlebih pada gabungan warna sisik indukannya. karena bibit indukan ini amat punya pengaruh pada type ikan koi yang dihasilkan kelak. serta, bila pada ikan mas biasa, harga makin melambung bila ukuran makin besar. pada ikan koi, harga berpatokan pada keindahan ikan.

-->

Sabtu, 27 April 2013

Manfaat buah sirsak


Sirsak di antara type buah yang banyak digemari orang, maka tidak heran apabila buah yang satu ini banyak dikonsumsi masyarakat indonesia dengan beragam olahan minuman maupun dikonsumsi dengan segera, tak hanya banyak memiliki kandungan vit. A, B, serta C, ada berlebihan biji sirsak yang bisa digunakan sebagai penumpas hama crocidolomia binotalis ( ulat perusak daun ) pada kubis, sawi, serta petsai.

Bermacam serangan hama pada tanaman hortikultura bisa diatasi dengan ramuan insektisida nabati daun sirsak. tak hanya langkah meramunya yang mudah serta biaya murah namun akhirnya cukup memuaskan serta sudah teruji di lapangan.

Biji sirsak memiliki kandungan senyawa annonain serta 42% minyak. sebagai pestisida nabati ia berbentuk biodegradable, mudah terurai di alam. lantaran berlebihan itu insektisidda sirsak aman untuk lingkungan.

Faedah daun

Sisi lain dari tanaman sirsak ( annona muricata ) yang berguna sebagai insektisida nabati yaitu daun. berbagaiserangan hama bisa dikendalikan dengan ramuan daun sirsak ini.

Untuk menangani serangan belalang serta ulat membandel contohnya, ramuan berikut bisa anda cobalah. tumbuk 50 helai daun sirsak serta segenggam tembakau. aduk hasil tumbukan didalam 20 liter air serta campuran 20g deterjen. sesudah diendapkan semalam, saring ramuan tersebut serta siap disemprotkan.

Wereng cokelat ( nilaparvata lugens ) yang lazim menyerang padi juga bisa dikendalikan dengan insektisida daun sirsak. langkahnya, tumbuk segenggam daun sirsak, segenggam daun jaringau, serta 20 siung bawang putih. campur 20g detergen serta edapkan 2 malam.

Satu liter hasil saringan dilarutkan didalam 15 liter air bersih. barulah formula itu digunakan untuk menyemprot brown planthopper dengan kata lain wereng cokelat. trips ( thrips parvispinus ) yang senang mengusik bagian keluarga solanaceae ( kentang-kentangan ) juga bisa dihilangkan dengan ramuan daun sirsak.

Untuk menangani serangan thrips, semprotkan hasil tumbukan 50-100 daun sirsak yang diencerkan pada pada 5 liter air. pada mulanya ramuan itu juga diendapkan semalam baru disaring dengan kain halus. satu liter hasil saringan diencerkan didalam 10 liter air.


-->

Rabu, 24 April 2013

Budidaya tanaman heliconia


Seandainya rimpangnya turut terbawa waktu dipisahkan. perbanyakan heliconia tentu sukses, berikut cara-caranya : 

a. Yang dapat disipisahkan yaitu rumpun sudah memiliki anakan cukup banyak serta dulu berbunga. umumnya didalam situasi layaknya itu, rimpang heliconia cukup panjang serta besar, hingga meringankan pembelahan serta kurangi efek kematian. 

b. Rumpun yang ditanam di tanah pemisahannya dikerjakan lewat cara menggali tanah di sekitar rumpun hingga rimpang tanaman terlihat. potong rimpang itu dengan pisau tajam di bagian yang pingin dipisahkan. baiknya rimpang yang akan dipisahkan mempunyai tunas agar pertumbuhannya cepat. 

b. Pembelahan pada rumpun dalm pot dikerjakan lewat cara mengeluarkan tanaman dari didalam pot. kurangi tanahnya hingga rimpangnya terlihat, lantas potong rimpang yang dapat dipisahkan dengan pisau tajam. 

c. Isi pot dengan campuran media tanah serta pupuk terkadang dengan perbandingan : setengahj sisi pot. lantas masukan rimpang heliconia kedalamnya. timbundengan media yang sama hingga penuh, lantas tekan-tekan supaya tanaman tegak serta kokoh. 

d. Siram dengan air secukupnya, lantas letakkan di tempat teduh hingga keluar tunas yang baru. setelah itu dipindahkan ke area yang terkena cahaya matahari penuh.

-->

Selasa, 23 April 2013

Mengendalikan Penyakit pada padi yang ramah lingkungan

MENGENDALIKAN PENYAKIT PADA TANAMAN PADI
SECARA TERPADU MENGGUNAKAN PRINSIP INTEGRATED PEST MANAGEMANT

 

Memperhatikan berbagai efek negatif yang terjadi dari penggunaan bahan kimia dalam dunia pertanian, maka mulai diadakan penelitian-penelitian yang mengarah kepada penggunaan jasad hidup untuk penanggulangan kerusakan di dunia pertanian, yang dikenal dengan pengendalian biologi ("Biologic control"). Dalam metode ini dimanfaatkan serangga dan mikro organisme yang bersifat predator, parasitoid, dan peracun. Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian terus berlanjut dengan memperhatikan aspek keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi, maka muncul istilah "integrated pest control", integrated pest control dan selanjutnya menjadi integrated pest management (IPM), yang dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) juga ada istilah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sebelum kami menjelaskan cara pengendalian hama tanaman padi secara terpadu maka sebelum membahasnya lebih lanjut kami menyarankan untuk mempelajari " Managemen Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu " dengan klik disini. Dalam Artikel ini juga kami akan berikan informasi mengenai penyakit-penyakit pada tanaman padi.

PENYAKIT TANAMAN PADI

1. Penyakit tungro dan wereng hijau


Serangan penyakit tungro depot meluas dengan cepat terutama bile faktor pendukung seperti tingginya kepadatan populasi serangga penular, tersedianya sumber inokulan, adanya pertanaman varietas peka, pola tanam tidak serempak serta faktor lingkungan yang sesuai. Serangan menyebabkan terjadinya kerusakan tanaman yang tidak bisa sembuh kembali, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas maupun kuantitas produksi. 

Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu "Rice Tungro Bacilliform Virus" (RTBV) dan "Rice Tungro Spherical Virus" (RTSV). Penyakit ini disebabkan oleh wereng hijau (Nephotettix virescens) sebagai vektor utamanya. N. virescens ini merupakan spesies yang dominan di daerah Tropis, merupakan vektor paling efektif dan monophagus pada tanaman padi. Gejala serangan penyakit tungro adalah tanaman menjadi agak kerdil, daunnya berwarna kuning sampai orange. Perubahan warna daun dimulai dari ujung daun sampai akhirnya seluruh helai daun. Perubahan warna ini tampak jelas pads daun nomor due dari pucuk tanaman.

Wereng hijau (Nephotettix virescens Distant) umumnya tidak langsung merusak tanaman padi, tetapi bertindak sebagai penular atau vektor penyakit virus tungro. Pengendalian dengan waktu tanam yang tepat dan rotasi varietas telah berhasil di Sulawesi Selatan namun pada kondisi pola tanam tidak teratur, pergiliran varietas kurang berhasil, seperti di Bali dan Jawa Tengah.

Pada saat ini petani dalam bercocok tanam agak berbeda dari beberapa tahun yang lalu, kalau dahulu para petani (petani budidaya padi ) melakukan penanaman serentak dalam satu daerah tertentu selah olah ada yang memberi komando, sedangkan pada akhir-akhir ini petani cenderung sendiri-sendiri dalam melakukan pola bercocok tanamnya. Menurut pengamatan penulis banyak ditemukan tanaman padi yang berbeda jauh waktu penanamannya terbukti pada satu hamparan persawahan yang bersebelahan, lahan satu sudah siap panen sedangkan lahan disebelahnya tanaman padinya dalam proses bunting susu. Hal ini menyebabkan populasi hama atau penyakit di daerah tersebut selalu ada / tidak terputus siklusnya. Jika hal ini terus berlanjut maka keberadaan hama atau penyakit dihamparan tersebut akan selalu ada.

Pengendaliannya adalah:
*  Usahakan menanam serentak minimal 20 hektar
* Gunakan varietas padi yang tahan terhadap virus tungro atau tahan serangga penular wereng wijau.Varietas tahan     wereng hijau menentukan >70% keberhasilan pengendalian tungro
* Buat persemaian setelah lahan dibersihkan dari gulma teki dan eceng gondok. Buang tanaman padi yang terinfeksi     agar tidak menjadi sumber virus.
*  Lakukan penanaman jajar legowo dua atau empat baris dapat menekan pemencaran wereng hijau.
*  Sawah jangan dikeringkan karena merangsang pemencaran wereng hijau sehingga memperluas penyebaran tungro.
* Lakukan pengamatan tungro saat tanaman berumur 2-3 MST. Kendalikan serangga wereng hijau penular virus     dengan insektisida kimiawi yang direkomendasikan bila saat tanaman umur 2 MST ditemukan 5 tanaman terserang     dari 10.000 rumpun tanaman atau umur 3 MST ditemukan 1 tanaman terserang dari 1.000 rumpun tanaman.     Insektisida yang dianjurkan adalah imidacloprid, tiametoksan, etofenproks, dan karbofuran.
* Kendalikan populasi Vektor virus dengan mengendalikan hama wereng hijau.

2. Penyakit hawar daun bakteri (HDB)  pada Tanaman Padi
Penyakit hawar daun bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae dapat terjadi melalui air, angin, dan benih. Infenksi terjadi melalui luka/lubang alami (stomata).

Pengendaliannya adalah:
* Penanaman varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian, namunketahanan verietas saat ini di Indonesia     bersifat spesifik lokasi karena strain HDB berbeda-beda. Saat ini terdapat strain III, IV, V, VI, VII, dan VIII.
*  Amati kerusakan tanaman, bila keparahan penyakit melebihi 20% maka gunakan bakterisida Agrep.
*  Lakukan rotasi tanaman, dan pupuk N yang digunakan jangan berlebihan.

 

3. Penyakit kerdil Rumput pada tanaman padi

Mewaspadai gejala serangan pada tanaman padi dengan gejala yang mirip penyakit Tungro. Awas, rumpun tanaman padi anda terserang penyakit 'baru' yang gejala serangannya mirip serangan tungro. Penyakit ini sudah mulai menyerang tanaman padi di Jawa Barat. 

Gejala penyakit 'baru' ini adalah daun tanaman padi berwarna kuning yang mirip dengan gejala penyakit tungro. Secara visual, gejala yang ditunjukkan oleh tanaman terserang penyakit ini adalah: 1) Dalam satu rumpun yang terserang kadang hanya beberapa anakan atau bahkan gejala hanya pada beberapa daun saja, 2) Gejala daun berwarna kuning kadang hanya terjadi pada daun bawah/daun tua, daun yang menguning pada akhirnya akan mengering yang dimulai dari bagian ujungnya, 3) Tanaman yang terserang pada stadia dewasa, menunjukkan daun berwarna kuning-oranye tetapi lebar daun normal dan jumlah anakan serta tinggi tanaman sama dengan tanaman sehat. Hanya saja, apabila tanaman padi terinfeksi sejak awal stadia vegetatif, biasanya tanaman akan mati. 

Dari hasil pemantauan tim peneliti BB Padi, penyakit dengan gejala menguning tersebut sudah nampak sejak musim tanam 2006 dan akhir-akhir ini sudah menyebar di Jawa Barat seperti Subang, Karawang, Purwakarta, Bandung, Cianjur, Indramayu, Cirebon, dan Kuningan. Penyakit tersebut juga sudah ditemukan di Serang Banten. 

Bahkan menurut Dr. Baehaki peneliti wereng coklat BB Padi, penyakit ini juga sudah ditemukan di daerah Simalungun-Sumatera Utara. Penyakit tersebut dapat menyerang pada varietas populer yang ditanam petani, seperti Ciherang, Mekongga, dan Muncul.

Untuk itulah keberadaan penyakit ini perlu diwaspadai sejak awal pertanaman. Pemantauan di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi pada musim kemarau 2007 pada beberapa varietas padi berumur 5-6 minggu setelah tanam menunjukkan keberadaan penyakit mencapai 16% (Table 1). Bahkan pemantauan di lahan petani sekitar Sukamandi keberadaan penyakit kerdil rumput tipe 2 ini mencapai lebih dari 30%.

Hasil pengujian yang dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menunjukkan bahwa penyakit dengan gejala menguning tersebut bukan penyakit tungro, melainkan satu jenis penyakit yang disebabkan oleh virus kerdil rumput tipe-2 (Rice grassy stunt virus 2). Indikasi ini ditunjukkan oleh hasil pengujian bahwa penyakit ini dapat ditularkan oleh wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) tetapi tidak ditularkan oleh wereng hijau yang merupakan vektor pembawa penyakit tungro.

Wereng coklat yang telah menghisap cairan pada tanaman terserang penyakit kerdil rumput ini, setelah kurang lebih satu minggu kemudian dapat menularkan virus penyebab penyakit kerdil rumput pada tanaman sehat. Perlu diketahui 
bahwa sekali menghisap pada tanaman padi sakit tersebut, maka selama hidupnya wereng coklat tersebut akan membawa dan dapat menyebarkan virus pada tanaman padi lainnya. 

Tanaman yang telah terinfeksi tidak dapat disembuhkan. Meskipun tanaman sakit tidak mati dan tetap menghasilkan malai, tetapi pengisian gabahnya akan sangat terganggu. Tanaman sakit tersebut juga akan menjadi sumber inokulum 
untuk penularan pada tanaman padi lainnya dengan perantara wereng coklat. 

Penyakit semacam ini sebenarnya pernah muncul di Jawa Barat pada sekitar tahun 1980-an, namun seiring dengan menurunnya populasi wereng coklat, penyakit kemudian tidak pernah menjadi masalah dan bahkan hilang dengan 
sendirinya. Baru kemudian pada akhir- akhir ini, seiring dengan perkembangan populasi wereng coklat yang meningkat, penyakit kerdil rumput tipe 2 muncul kembali.

Keberadaan penyakit ini perlu diwaspadai karena pada akhir-akhir ini populasi wereng cenderung selalu ditemukan pada pertanaman padi di Jawa Barat dan sekitarnya. Varietas tahan terhadap penyakit virus kerdil rumput tipe 2, sampai saat ini belum ada. Pengendalian penyakit ini hanya dapat dilakukan seiring dengan pengendalian wereng coklat sebagai vektor penyebarnya. 

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi berkembangnya penyakit di lapangan adalah dengan menghilangkan sumber inokulum penyakit di lapangan dan mengendalikan wereng coklat. Menghilangkan sumber 
inokulum penyakit di lapangan dapat dilakukan dengan memangkas habis singgang bekas tanaman terserang dan mencabut tanaman terserang yang ditemukan sejak awal pertanaman. 

Untuk mengendalikan populasi wereng coklatnya dapat digunakan varietas padi tahan wereng (Memberamo, Widas, Cimelati, Ciapus, Cigeulis), pergiliran varietas, tanam secara serempak, penanaman padi dengan jarak tanam yang 
tidak terlalu rapat, dan penyemprotan insektisida. Berbagai insektisida yang efektif untuk pengendalian wereng coklat antara lain yang berbahan aktif: amitraz, bufopresin, fipronil, imidakloprid, karbofuran, karbosulfan, dan tiametoksan.

4. Penyakit Bercak Daun Coklat ( Helmintosporium oryzae )

Gejala kerusakan :
Merusak pelepah daun, malai dan buah yang baru tumbuh serta pada tahap pembibitan yang baru tumbuh. Gejala pada biji / bulir padi adalah bulir berbercak-bercak coklat tetapi masih berisi( bernas) apabila biji tersebut ditanam akan mengalami pembusukan pada saat biji mulai berkecambah dan apabila kecambah tumbuh akan segera mati. Gejala pada tanaman padi dewasa akan mengalami busuk kering.

Pengendaliannya :
1. Merendam benih dengan air hangat dengan penambahan Fungisida
2. Gunakan pemupukan yang berimbang akan mengurangi tingkat serangan
3. Gunakan Varietas padi yang tahan terhadap penyakit bercak daun coklat
4. Semprot dengan menggunakan Fungisida

 

5. Penyakit Blast ( Pyricularia oryzae )

Gejala kerusakan :
Menyeang daun - buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun/ gelang buku/ tangkai malai/ cabang didekat pangkal malai yang terserang akan menyebabkan pembusukan sehingga bulir padi akan menjadi hampa

Pengendalian :
1. Membakar sisa jerami 
2. Menanam varietas padi dengan varietas yang tahan terhadap penyakit ini.
3. Semprot dengan menggunakan Fungisida
4. Pemberian pupuk Nitrogren ( N ) pada masa pertengahan vase vegetatif tanaman dan pada saat fase pembentukan      bulir akan mengurangi tingkat serangan.

Salam tani
disarikan oleh
 
Dwi Hartoyo,SP

 

ARTIKEL TERKAIT
1. Managemen mengendalikan Hama dan Penyakit Secara Terpadu dan Berkesinambungan.
2. Mengendalikan Hama Pada Tanaman Padi Secara Terpadu

 

REFERENSI
1. Horsfall, J. G. And Ellis, B. C. 1977. Plant disease an advanced treatise. How disease is managed. Vol I. Academic     Press New York, San Francisco, London.
2. Makarim, A.K., I.N. Widiarta, Hendarsih, S., dan S. Abdulrachman. 2003. Petunjuk Teknis Pengelolaan Hara dan     Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Secara Terpadu. Departemen Pertanian; 
3. Semangun H. 1990. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press
4. http://visualsunlimited.photoshelter.com/image/I00001SGrN.azp2E
5. http://www.nesmd.com/shtml/22294.shtml
6. http://openpdf.com/ebook/musuh-alami-agrotis-ipsilon-pdf.html
7. Ir. Suprihanto, SP, Msi - Penulis dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi - Dimuat pada Tabloid Sinar Tani edisi     4-10 Juni 2008

Management OPT dan Pembuatan Pestisida Nabati

MANAGEMENT Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT )
DAN 
MACAM MACAM PESTISIDA NABATI & CARA MEMBUATNYA

 

 

Manajemen Hama dan Penyakit

Manajemen hama dan penyakit, mencakup kegiatan-kegiatan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat 
menyebabkan penurunan produksi dan mutu, dengan memperhatikan aspek keamanan produk dan kelestarian lingkungan serta sumber daya alam. Pengendalian OPT dilakukan dengan prinsip Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT).

Prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). 
PHT dapat dilakukan dengan cara : 
- Fisik, membunuh organisme pengganggu secara manual 
- Biologi, memanfaatkan peranan agens hayati seperti predator dan patogen 
- Kultur teknis, dengan penanaman varietas toleran, pengaturan jarak tanam, pengaturan drainase, pemupukan berimbang, penjarangan buah, dll. 
- Kimiawi, merupakan alternatif terakhir, dengan mempertimbangkan ambang ekonomi.

Pengendalian dengan Pestisida Hayati 
Pengendalian juga dapat menggunakan pertisida hayati yang akrab lingkungan, disebut demikian karena bahan kimia nabati ini dapat mudah terurai, dapat dibuat oleh petani karena bahan dasar tersedia disekitar lokasi, dan harga pembuatan yang terjangkau.

Kelemahan pestisida nabati adalah : 
a). Daya tahan yang singkat (sangat mudah berubah/terurai), oleh karena itu intensity aplikasi harus direncanakan dengan cermat      supaya efisien, 
b). Konsentrasi larutan yang dihasilkan masih tidak konsisten karena sangat tergantung pada tingkat kesegaran bahan dasar. 
c). Diperlukan standar pengolahan untuk tiap tanaman dan standar aplikasi penggunaan bagi pengendalian OPT.

Beberapa pestisida nabati yang dapat mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman pisang adalah sebagai berikut :

1. Mimba (Azadirachta indica) 
Tanaman ini telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida dan virisida. Senyawa aktif yang dikandung terutama terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin.

Tanaman ini dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens, Dasynus sp.; Spodoptera litura, Locusta migratoria, Lepinotarsa decemlineata, palnoccocus citri, Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Alternaria tenuis, Carpophilus hemipterus, kecoa, Crysptolestes pussillus, Corcyra cephalonnomia, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Musca domestica, Nephotettix virescens, Ophiomya reticulipennis, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Sogatella furcifera, Tribolium sp.; tungro pada padi, Tylenchus filiformis.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan :
a). Biji nimba dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 20 – 25 gram/l; 
b). Endapkan selama 24 jam kemudian disaring supaya didapat larutan yang siap diaplikasikan; 
c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan, untuk pengendalian sedangkan untuk pengendalian nematoda dilakukan dengan cara menyiram di sekitar tanaman yang terserang.

Kulit biji dan kulit batang dapat digunakan sebagai mulsa (dikeringkan).

 

2. Serei Wangi (Andropogon nardus L).

Tanaman ini dikenal sebagai tanaman obat tradisional dan kosmetik, di Jawa dikenal sebagai sere wangi dan di Sunda dikenal sebagai sereh wangi. Tanaman ini dapat digunakan sebagai menggantikan pestisida kimia yaitu untuk insektisida, bakterisida, dan nematisida. 
Senyawa aktif dari tanaman ini berbentuk minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, arnesol, metil heptenol dan dipentena.

Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium sp,; Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : 
a). Daun dan batang ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l; 
b). Kemudian endapkan selama 24 jam kemudian disaring supaya didapat larutan yang siap diaplikasikan;
c). Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau disiramkan; 
d). Sedangkan untuk pengendalian hama gudang dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga didapatkan abu, lalu sebarkan / letakkan didekat sarang atau dijalur hama tersebut mencari makan.


3. Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolim VIS) 
Tanaman ini lebih dikenal sebagai bunga chrysan, banyak ditanam dipekarangan (taman) dan juga sebagai obat mata. Tanaman ini mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai insektisida, fungisida, dan nematisida. Senyawa aktif dari tanaman ini terdapat pada bunga bersifat racun kontak yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat serangga, menghambat perkembangan serangga dengan penetasan telur.

Aplikasi dari tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan 
Aphis fabae, Aphis gossypii, Helopeltis sp,; Cricula trifenestrata, Plutella xylostella, Hyalopterus pruni, Macrosephum rosea, Drosophilla spp.; Empoasca fabae, ulat jengkal, Thrips Choristoneuro pinus, Doleschallia polibete, Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Carpophilus hemipterus, kecoa Crysptolestes pussillus, Corcyra cephalonica, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana, Epilachna varivestis, Fusarium sp; Locusta migratoria, Musca domestica, Nephotettix virescens, Nilaparvata lugens, Ophiomya reticulipennis, Planococcus citri, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Spodoptera litura, Tribolium sp, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Pratylenchus sp.; Tylenchus filiformis.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : 
a). Mahkota bunga dikeringkan lalu ditumbuk;
b). Hasil penumbukan direndam dalam air dengan konsentrasi 20 gram/l selama 24 jam;
c) Hasil endapan kemudian disaring supaya didapatkan larutan yang siap diaplikasikan; 
d). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan; 
e). Aplikasi dapat dilakukan dalam bentuk tepung yang dicampur dengan bahan pembawa seperti kapur dan bedak atau menggunakan alkohol, aceton atau minyak tanah sebagai pelarut.

 

4. Bakung (Crinum asiaticum L) 
Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan obat tardisional depresan sistem syarat pusat. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pengganti pestisida yang berfungsi sebagai bakterisida, dan virisida. Senyawa dari tanaman ini mengandung alkaloid yang terdiri dari likorin, hemantimin, krinin dan krianamin.

Tanaman ini bermanfaat untuk menekan /menghambat pertumbuhan Fusarium oxyporum.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : 
a). Menumbuk daun dan atau umbi lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam.
b). Larutan hasil perendaman ini disaring supaya didapat larutan yang siap diaplikasikan. 
d) Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan.


5. Sirih (Piper betle L) 
Tanaman sirih dengan banyak nama daerah merupakan tanaman yang telah lama dikenal sebagai bahan dasar obat tradisional, dapat digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida dan bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur.

Tanaman ini walaupun belum secara efektif dapat mengendalikan genus Phytophthora sp,; Fusarium oxyporum, Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : 
a). Daun sirih ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam,
b). Setelah itu disaring supaya didapatkan larutan yang siap diaplikasikan. 
c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyiraman larutan semprot ke sekitar tanaman yang sakit atau dengan mengoleskan larutan pada bagian yang terserang (sakit).


6. Mindi (Melia azedarach L) 
Tanaman mindi dikenal dengan nama mindi kecil, banyak digunakan dalam industri sebagai bahan baku sabun. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat bersifat sebagai insektisida, fungisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung antara lain margosin (sangat beracun bagi manusia), glikosida flavonoid dan aglikon.

Tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan / menekan OPT seperti Hidari irava, Spodoptera litura, Spodoptera abyssina, Myzus persicae, Orsealia oryzae, Alternaria tenuis, Aphis citri, Bagrada crucifearum, Blatella germanica, Kecoa, Jangkrik, Kutu, Belalang, Heliothis virescens, H. Zea; Helminthosporium sp.; Holocrichia ovata, Locusta migratoria, Meloidogyne javanica, Nephotettox virescens, Nilaparvata lugens, Ostrina furnacalis, Panochychus citri, Sagotella furcifera, Tribolium castaneum, Tryporyza incertulas, Tylenchus filiformis.

Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan : 
a). Biji mindi dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam, 
b). Larutan yang dihasilkan disaring supaya didapatkan larutan yang siap diaplikasikan. 
c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan. Kulit buah dan kulit batang dapat digunakan sebagai mulsa (dikeringkan).


7. Cengkeh (Syzygium aromaticum L)

Tanaman cengkeh telah lama dikenal masyarakat, baik sebagai bumbu dapur maupun bahan dasar industri (rokok, kosmetik, obat) dengan nilai komersial yang tinggi. Sejak jaman kolonial tanaman ini banyak ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama di Maluku dan Sulawesi. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat digunakan sebagai insektisida, fungisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung oleh tanaman ini dapat menghambat/menekan pertumbuhan/perkembangan cendawan penyebab penyakit, hama, nematoda dan bakteri.

OPT yang dapat dikendalikan antara lain : Fusarium sp.; Phytophthora sp.; Rigidoporus sp.; Sclerotium sp.; Dacus sp.; Stegobium panicum. Pseudomonas solanacearum, Radopholus similis, Meloidogyne incognita.


Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan :
a). Daun, bunga atau tangkai bunga ditumbuk hingga menjadi tepung, dapat juga diekstak (laboratorium),
b). Sebarkan tepung/minyak tersebut pada tanaman atau sekitar perakaran yang terserang dengan dosis 50 gram/pohon, jika menggunakan serasah daun cengkeh dosis yang digunakan 100 gram/pohon. 
c). Pada tanaman dengan serangan ringan dapat dilakukan penyayatan pada akar kemudian diolesi dengan tepung/ minyak cengkeh.

 
 

Slam tani
disarikan oleh

Dwi Hartoyo,SP

Minggu, 21 April 2013

Budidaya kaktus


Tanaman kaktus telah lama dikenal di Indonesia. kaktus datang dari kata caktos yang berarti tanaman berduri, karena tanaman ini berbatang besar, berbulu, serta berduri. kaktus datang dari negara meksiko tanaman ini adalah tumbuhan sekulen, yakni tanaman yang banyak memiliki kandungan air. untuk menjaga hidupnya di tempat yang panas serta kering. maka kaktus tidak mempunyai daun serta bisa menaruh air pada batangnya. 

Kaktus di antara tanaman yang mempunyai banyak type, dari beberapa jenis kaktus ada ada hasil penyilangan spesies. salah satunya notocactus tubiflora cristata atau kaktus kentang, mammillaria xantina atau dimaksud kaktus kendil, gymnocalycium hanovichiivarred cap atau kaktus kepala merah, var black cap atau kepala hitam, serta ada banyak lagi yang lain. 

Yang membedakan yang satu dengan yang laiunnya yaitu bentuk, warna batang serta bunganya, besar-kecilnya duri. menurut memiliki bentuk kaktus ada yang bulat, bulat pipih, silinder, serta ada yang layaknya lonceng. menurut warna batangnya, ada yang putih, ungu, kuning, merah muda, hingga merah tua. durinya lalu ada yang berwarna, lembut, panjang, pendek, serta yang lain. dikarenakan keindahannya itu maka kaktus banyak dibudidayakan, dibawah ini cara budidaya kaktus serta cara menanamnya. 

Pembudidayaan kaktus 

a. Karakter kaktus 
Kaktus meyukai cahaya matahari sesuai dengan habitatnya yang panas serta juga suka sirkulasi hawa yang baik, karena kaktus berdaging tidak tipis dapat membusuk bila medianya terlampau banyak air hingga jadi lembab. 

b. Penanaman kaktus  
Kaktus bisa diperbanyak melewati biji atau juga bisa dari anakan atau tunas dari menyemai sendiri serta bisa beli di toko-toko tanaman hias. 

Cara menanam kaktus 
Kaktus bisa ditanam di tanah dengan segera serta juga didalam pot. 
  1. Apabila ditanam di tanah segera, komposisi media tanahnya cukup tanah liat, humus, serta pasir. 
  2. Apabila ditanam dipot, media tanam yang dipakai campuran tanah liat, pasir, serta humus dengan perbandingan 2 :2 :1 serta ditambah bubuk kapur, batu bata serta bubuk tulang. 
Tambahan itu untuk menyingkirkan rasa asam pada tanah sebaba tanah yang berlebihan asam menyebabkan tanaman tidak bisa tumbuh subur. 

Tetapi, campuran tersebut tidak mutlak untuk seluruh type kaktus karena ada tanaman yang tidak bisa tumbuh dengan baik komposisi media ini. 

Lantas masukkan biji atau tunas pada media yang telah disediakan. upayakan letak tunas di dalam media, lebih kurang 3 th. kaktus dapat berbunga. 

-->

Jumat, 19 April 2013

Budidaya tanaman bromelia



Budidaya tanaman bromelia (ragambudidaya) - Menanti bromelia beranak dengan alami butuh waktu 1-2 th.. jumlah anakan yang didapatkan lalu cuma 2-3 tanaman. ada langkah cepat untuk memperbanyak anakan. didalam 9 bln. telah panen 2-3 anakan serta diulang tiap-tiap 2 bln..


Langkah-cara memperbanyak :
  • Ambillah sesuatu bambu berdiameter cm selama 20-30 cm. runcingkan ujungnya. siapkan bromelia remaja berusia 5-7 bln. serta sehat.
  • Tancapkan bambu di dalam pucuk tanaman. tusuk sampai sedalam 4-5 cm di titik tumbuh. apabila tidak pas, pucuk terus tumbuh tapiu daun rusak dikarenakan bolong. bambu dapat dicabut atau dilewatkan.
  • Apabila penusukan sukses, warna daun bromelia semakin cerah. sebulan lantas terbentuk 1-2 anakan. biarlah sampai pucuk daun terbuka penuh. bibit yang pucuknya belum membuka berdaya tahan rendah hingga cepat mati.
  • Ambillah pisau yang tajam serta bersih. iris anakan di pangkal batang
  • Biarlah bibit itu hari supaya pangkal batang jadi kering. apabila tetap basah bibit gampang rusak.
  • Siapkan pot 5 cm. isi dengan media campuran sekam serta serutan kayu dengan perbandingan seimbang, atau cincanga batang pakis. tanam dengan menancapkan di media.
  • Tempatkan bibit dibawah naungan jaring plastik 55%. perawatan cukup hanya menyiram tiap-tiap hari.

-->

Selasa, 16 April 2013

Pertanian padi dan budidaya ikan



Pertanian padi dan budidaya ikan (ragambudidaya) -Sawah tidak mudah kebanjiran, tidak sarang ( air tidak mudah hilang ) tidak mudah longsor, persediaan air cukup, mudah diawasi, serta transportasi mudah yaitu syarat penetapan teknologi pakantik ( padi-ikan-itik ). 

1. Saung/kandang itik serta pagar
  • Saung dibikin dengan berukuran 5 m kali 6 m dengan bahan bambu atau kayu.
  • saung berperan sebagai area beristirahat petani waktu bekerja disawah serta dibawahnya sebagai kandang itik saat malam hari, area bertelur itik saat pagi hari, serta area emberian pada pakan tambahan. kandang juga digunakan sebagai kurungan waktu tanaman padi masihkecil.
  • pagar bambu didirikan setinggi 50 cm supaya itik tidak berkeliaran mengganggu sawah punya petani lain. kontruksinya bisa jarang-jarang ( lebar celah 10 cm ), seandainya itik tidak bisa menerobos.

2. Persiapan lahan
  • Pengolahan tanah
Tanah diolah prima hingga kedalaman lumpur 15-20cm. ciri ciri pengolahan telah prima adalah jika pisau stainless steel dicelupkan lantas dicabut kembali, lumpur tidak menempel lagi.
  • Pematang
Pematang dibikin berukuran lebar basic 40-50cm, lebar atas 30-40cm, serta tinggi 30-40cm. pematang dilengkapi dengan saluran pemasukan serta pembuangan air pada ketinggian yang dikehendaki. saluran dapat menggunakan bambu atau pipa pvc serta dipasang saringan untuk menghindar ikan keluar.
  • Caren/parit
Caren bermanfaat sebagai area berlindung ikan apabila air mendadak turun, ikan dapat bergerak kesegala penjuru petakan, meringankan pemberian pakan tambahan, menyimpan ikan waktu pemupukan, serta meringankan waktu pemanenan ikan.

Caren dibikin sebelum saat tanah diratakan dengan ukuran lebar 30-40 cm, tinggi 20-30 cm, serta panjang sesuai ukuran petakan. caren yang disarankan adalah caren sedang serta caren palang.

3. Tanaman padi

Padi yang pas adalah varietas padi berperakaran didalam, cepat bertunas, batang kuat, daun tegak, tahan hama serta penyakit, produksinya tinggi, serta disukai penduduk. varietas yang pas contohnya ir 64, cisadane, ciliwung, serta citanduy. disarankan peneneman varietas ini digilir tiap-tiap musim.
langkah bertanam sesuai saran yang umum. bibit padi umur 3 minggu ditanam sejumlah 2-3 rumpun dengan jarak tanam 25 cm kali 25 cm, hingga itik mudah bergerak didalam petakan sawah.

4. Pemupukan

Type pupuk sesuai dengan saran dinas pertanian setempat. pupuk basic mutlak diberikan untuk meningkatkan perkembangan tanaman. dosis pupuk total apabila dikehendaki dapat dikurangi sejumlah 25 % dosis saran.

5. Aplikasi pestisida

Biasanya aplikasi pestisida tidak dibutuhkan lagi, dikarenakan ikan serta itik bertindak sebagai pengendali hayati yang efisien.

6. Ikan

Ikan tawes, nila, atau mujair bisa dipelihara, tetapi yang sangat pas adalah ikan mas. ikan disebar 3-5 hari sesudah padi ditanam. ukuran benih ikan 5-8 cm dengan padat penebaran 2. 000-3. 000 ekor/ha. lama pemeliharaan dibatasi hingga 45-60 hari sesudah padi ditanam. pada waktu itu daun padi telah menutup tanah, hingga cahaya matahari tidak efisien lagi merangsang perkembangan plankton sebagai pakan alami ikan. bila umur pemeliharaan ditambah, maka tingkat kehilangan oleh predator layaknya ular atau burung umumnya dapat meningkat.

Sebagai pakan tambahan bisa diberikan dedak halus, sisa makanan, serta kotoran ternak. pemanenan dikerjakan dengan langkah mengeluarkan air dengan perlahan supaya ikan berkumpul di caren. kerjakan saat pagi atau sore hari waktu temperatur rendah.

7. Itik

Itik yang dipilih disarankan type lokal unggul supaya mudah beradaptasi. jumlahnya 20-25 ekor/ha. bila tujuannya untuk membuahkan telur baiknya dipilih itik yang sudah berusia 4-6 bln.. itik dimasukkan ke petakan sawah sejak padi berusia 2-3 minggu. pakan tambahan diberikan tiap-tiap hari berbentuk gabah, menir, atau dedak halus sejumlah 2 ons/ekor.

Menginjak 3 minggu sebelum saat padi dipanen, pemberian pakan tambahan dapat dihentikan dikarenakan gara-gara gabah telah ada di sawah.

8. Ikan penyelang serta palawija ikan

Sesudah padi musim hujan selesai dipanen, petakan sawah ditanami ikan lagi sepanjang bln. - dimaksud ikan penyelang, atau sesudah panen pada musim kemarau - dimaksud palawija ikan. lantas itik bisa dilepaskan ke petakan sawah. pada waktu itu pemberian pakan itik baiknya diletakan di dalam petakan supaya pakan yang tercecer bisa dimakan oleh ikan.
Persiapan tempat untuk ikan penyelang atau palawija ikan dikerjakan membabat jerami, memproses tanah sekali, lantas jerami ditumpuk serta dibalik 2 minggu sekali.
sebagai benih ikan penyelang dapat dipakai ikan mas berukuran 3-5 cm dengan padat penebaran 5. 000 ekor/ha. dedak halus diberikan 2 hari sekali sejumlah 50 kg/ha. ikan dipanen menyambut padi musim kemarau ditanam.
Sebagai benih palawija ikan dipakai ikan mas berukuran 5-8 cm dengan padat penebaran 3. 000 ekor/ha. dedak sebagai pakan tambahan diberikan 5 hari sekali sejumlah 100 kg/ha. ikan dipanen sesudah berusia 2 bln..

-->

Senin, 15 April 2013

ENGENALAN DAN PEMANFAATAN MUSUH ALAMI



PENGERTIAN MUSUH ALAMI SERANGGA HAMA

Musuh alami adalah organisme yang ditemukan di alam yang dapat membunuh serangga sekaligus, melemahkan serangga, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dari serangga. Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga.

Untuk beberapa spesies, musuh alami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga, sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alami dapat mempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Untuk menjelaskan kepadatan populasi serangga dan memprediksi terjadinya outbreaks.
Dalam pest management program, kita perlu memahami musuh alami untuk memanipulasinya di lapangan sebagai pengendali hama.
Pengendalian hayati (biological control) adalah taktik pengendalian hama yang melibatkan manipulasi musuh alami hama yang menguntungkan untuk memperoleh pengurangan jumlah populasi dan status hama di lapangan.

Biological control berbeda dengan natural control, natural control dalam prakteknya melibatkan agen lain selain musuh alami, misalnya cuaca atau makanan. Beberapa author mengungkapkan bahwa biological control dalam arti luas termasuk semua metode yang melibatkan organism hidup sebagai bagian dari taktik pengendalian, seperti penggunaan inang yang resisten, pelepasan serangga steril, atau manipulasi genetic.
Organisme dalam aktivitas hidupnya selalu berinteraksi dengan organisme lainnya dalam suatu keterkaitan dan ketergantungan yang kompleks. Interaksi antar organisme tersebut dapat bersifat antagonistik, kompetitif atau simbiotik. Sifat antagonistik ini dapat dilihat pada musuh alami yang merupakan agen hayati dalam pengendalian hama. Musuh alami memiliki peranan dalam pengaturan dan pengendalian populasi hama, sebagai faktor yang bekerjanya tergantung kepada kepadatan, dalam kisaran tertentu musuh alami dapat mempertahankan populasi hama di sekitar aras keseimbangan umum.
Setiap spesies serangga hama sebagai bagian dari komplekskomunitas dapat diserang oleh serangga lain atau oleh patogen penyebab penyakit pada serangga. Ditinjau dari segi fungsinya musuh alami dapat dikelompokan menjadi predator, parasitoid dan patogen.


Kepik predator dari ulat

Patogen Beauveria bassiana membunuh serangga

Lalat parasitoid ini mendekati ulat untuk meletakkan telurnya

Musuh Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan Patogen) yang dapat mengendalikan hama penyakit dan gulma (OPT)

Predator / Pemangsa :Adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.

Parasitoid : Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.

Patogen : Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.

AGENS ANTAGONIS :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan

PENGENDALIAN ALAMI (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaay yang dilakukan oleh manusia

PENGENDALIAN HAYATI (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT


CARA KERJA MUSUH ALAMI (AGENS HAYATI)
Predator :
> Memakan mangsanya secara langsung

Parasitoid :
> Meletakan telur pada tubuh hewan sasaran, kemudian setelah menetas larvanya menghisap cairan tubuh hewan sasaran tersebut hingga mati

Patogen :
> Jamur tersebut masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh
> Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikala
> Didalam tubuh serangga hifa berkembang dan selanjutnya memasuki pembuluh darah, melalui beberapa proses lebih lanjut di dalam tubuh menyebabkan kematian serangga


Sejarah Pengendalian secara Biologi
Biological control merupakan salah satu cara pengendalian hama yang tertua. Pada abad empat sudah digunakan semut untuk menekan populasi hama pada jeruk di China.
Kesuksesan yang cukup fenomenal dari aplikasi biological control ini adalah introduksi serangga predator yaitu Rodolia cardinalis (kumbang vedalia) untuk mengendalikan Icerya purcasi ( hama pada jeruk )
Kemudian juga ditemukan lalat parasit. Kemudian berkembang pada penggunaan serangga untuk mengendaliakan beberapa gulma pada pertanaman kaktus berduri, di australi dan Klamath di bagian barat amerika serikat.
602 percobaan pengendalian biologi klasik ditemukan di seluruh dunia. Rata – rata kesuskesan mencapai 16 persen, dan partial success (mengurangi dan tidak menghilangkan permasalahan hama) adalah sebanyak 58 %. Pada survey ini, kesuksesan pengendalian hama didapati pada ordo homoptera (30%), hemiptera (15%), lepidoptera (6%) dan coleopteran (4%).


Teori Pengendalian Biologi
Teori biological control pada dasarnya tidak berbeda dengan prinsip – prinsip ekologi dan dinamika populasi. Seperti yang didiskusikan sebelumnya, banyak factor lingkungan yang mengatur kepadatan populasi, juga batas – batas fluktuasi serangga. Hal ini termasuk density – independent dan perfectly and imperfectly density dependent factor. ]
Pada konteks pengendalian biologi, telah terdapat pengaturan populasi hama dan hubungan serangga dengan musuh alaminya bersifat imperfectly density dependent factor (ada factor – factor yang tidak bebas, kadang – kadang membatasi jumlah individu dalam populasi contohnya parasitoid/predator mempunya luasan tertentu untuk mengatur populasi mangsa). Tujuan dari biological control : salah satunya adalah untuk mengintroduksi musuh alami atau memanipulasi jumlah musuh alami yang ada yang sehingga menyebabkan terjadinya fluktuasi kepadatan hama sampai dibawa ambang luka ekonomi,


Goal dari program biological control ini adalah terciptanya suatu self sustaining sytem (system pertahanan diri). Sebagai contoh, musuh alami yang diintroduksikan ke dalam suatu area dengan harapan akan stabil pada area tersebut, Karena jumlah hama berfluktuasi dibawah ambang luka ekonomi (EIL), dan dilanjutkan pada penurunan kepadatan populasi tanpa adanya manipulasi lebih jauh. Tentu saja, dengan menerapkan system ini tidak mengeliminasi keseluruhan jumlah populasi hama yang ada di lapangan karena jika menghabiskan semua populasi hama, makan akan memutus ketersediaan makanan bagi musuh alami.
Mekanisme dari self sustaining system, secara teori, berdasarkan pada ketersediaan makanan yang ada dan kemamampuan reproduksi Dari musuh alami. Dalam hal ini, peningkatan populasi hama yang ada di area berarti ketersediaan makanan bagi musuh alami juga semakin banyak,sehingga populasi musuh alami juga mengalami peningkatan (Ekspansi). Ketika ekpansi terjadi, peningkatan proporsi dari populasi hama akan mengalami gangguan, sehingga mengurangi juga ketersediaan pakan bagi musuh alami. Kekurangan pakan ini akan berakibat pada penurunan tingkat reproduksi, menyebabkan penurunan populasi musuh alami. Ketika jumlah musuh alami menurun, maka tekanan terhadap populasi hama semakin menurun, sehingga jumlah hama di lapangan akan meningkat, ketika jumlah hama di lapangan meningkat, makan populasi musuh alami juga akan meningkat. (not so imperfectly dependable or smoothly operating)
Respon yang terjadi antara hama dan musuh alami, adalah respon numeric, dimana peningkatan jumlah populasi hama di lapangan juga meningkatkan jumlah populasi musuh alami di lapangan/
Predator merupakan organisme yang hidup bebas dengan memakan atau memangsa organisme lain. Predator bersifat polifag memangsa berbagai jenis mangsa dan memiliki daya cari (searching capacity) yang tinggi. Hampir semua ordo serangga memiliki jenis yang menjadi predator misalnya Coleoptera, Neuroptera, Hymenoptera, Diptera, dan hemiptera.

Parasitoid merupakan serangga yang memarasit serangga lain. Parasitoid debedakan mejadi ektoparasitoid (berkembang dari luar tubuh inang) dan endoparasitoid (berkembang di dalam tubuh inang). Apabila lebih dari satu individu parasitoid berkembang dalam satu inang maka disebut parasitoid gregarius. Ordo serangga yang anggotanya menjadi parasitoid meliputi Coleoptera, Diptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Neuroptera dan Strepsitera.

Serangga dapat diserang pula oleh patogen berupa jamur, bakteri, virus, protozoa, atau nematoda yang dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan kematian dan menurunkan populasi hama. Beberapa patogen serangga yang terkenal misalnya jamur Materhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, Entomopthora sp., Beauveria basiana, bakteri Bacillus thuringiensis, B. popilliae, nematoda Neoaplectana carpocapsae, Mermis sp., Heterorhabditis sp.

Musuh Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan Patogen) yang dapat mengendalikan hama, penyakit dan gulma (OPT)

Predator / Pemangsa :Adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.

Parasitoid :
Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.

Patogen :
Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.

AGENS ANTAGONIS :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan

PENGENDALIAN ALAMI (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaan yang dilakukan oleh manusia

PENGENDALIAN HAYATI (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT ( Organisme Pengganggu Tanaman )




REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Parasitoid
http://massofa.wordpress.com/2008/01/31/menggunakan-serangga-pemangsa-dan-parasitoid-sebagai-pengendalian-hama/
http://z47d.wordpress.com/2010/04/18/musuh-alami-serangga-hama/
http://hadianiarrahmi.wordpress.com/2010/04/24/musuh-alami-pada-serangga/
http://suptpkabtasikmalaya.blogspot.com/2011/01/pengenalan-dan-pemanfaatan-musuh-alami.html
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/270321
http://www.scribd.com/doc/49696648/Dinamika-Populasi-Serangga-Dan-Musuh-Alami-II
http://eviekepompong.blogspot.com/2011/04/interaksi-parasitoid-hymenoptera-dengan.html

PARASIOTID dan PREDATOR SERANGGA HAMA




Musuh alami terdiri dari pemangsa/predator, parasitoid dan patogen. Pemangsa adalah binatang (serangga, laba-laba dan binatang lain) yang memakan binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “predator”. Predator berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa. Parasitoid adalah serangga yang hidup di dalam atau pada tubuh serangga lain, dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama, sedangkan parasit tidak membunuh inangnya, hanya melemahkan.

Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama. Patogen adalah penyebab penyakit yang menyerang binatang atau makhluk lain. Patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman teh. Ada beberapa jenis patogen, antara lain jamur, bakteri dan virus.

Musuh alami sebaiknya dilestarikan karena mereka merupakan teman petani. Semua jenis musuh alami membantu petani mengendalikan hama dan penyakit. Karena itu, musuh alami jangan dibunuh atau dimusnahkan. Langkah pertama dalam hal melestarikan musuh alami adalah: jangan menggunakan pestisida kimia! Langkah kedua: menjaga berbagai jenis tanaman, terutama tanaman berbunga, di kebun atau sekitar kebun. Jika terdapat bermacam- macam tanaman di kebun, biasanya jumlah musuh alami yang berada di kebun juga lebih banyak. (Baca juga bagian mengenai bunga di halaman ‘Parasitoid’). Langkah ketiga: mengusahakan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan musuh alami tersebut (konservasi).



Kepik predator dari ulat

Patogen Beauveria bassiana membunuh serangga

Lalat parasitoid ini mendekati ulat untuk meletakkan telurnya

Musuh Alami adalah Suatu mahluk hidup (organisme > Predator, Parasitoid dan Patogen) yang dapat mengendalikan hama penyakit dan gulma (OPT)

Predator / Pemangsa :Adalah binatang ( serangga, laba-laba dan binatang lain ) yang memburu, memakan atau menghisap cairan tubuh binatang lain sehingga menyebabkan kematian. Kadang-kadang disebut “ predator” Pemangsa berguna karena memakan hama tanaman. Semua laba-laba dan capung merupakan contoh pemangsa.

Parasitoid : Adalah serangga yang hidup sebagai parasit di dalam atau pada tubuh serangga lain ( serangga inang ), dan membunuhnya secara pelan-pelan. Parasitoid berguna karena membunuh serangga hama. Ada beberapa jenis tawon (tabuhan) kecil sebagai parasitoid serangga hama . Parasitoid yang aktif adalah stadia larva sedangkan imago hidup bebas bukan sebagai parasit dan hidupnya dari nectar, embun madu, air dll.

Patogen : Adalah Mikroorganisme yang dapat memnyebabkan infeksi dan menimbulkan penyakit terhadap OPT. Secara spesifik mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit pada serangga disebut entomopathogen, patogen berguna karena mematikan banyak jenis serangga hama tanaman, seperti jamur, bakteri dan virus. Patogen yang bisa mengendalikan hama dan penyakit disebut sebagai Pestisida Mikroba.

AGENS ANTAGONIS :
Adalah Mikroorganisme yang mengintervensi/menghambat pertumbuhan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan

PENGENDALIAN ALAMI (Natural Control) :
Adalah Proses pengendalian OPT yang berjalan sendiri tanpa ada kesengajaay yang dilakukan oleh manusia

PENGENDALIAN HAYATI (Biological Control) :
Merupakan taktik pengelolaan hama secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasi musuh alami/agens hayati untuk menekan atau mengendalikan OPT


CARA KERJA MUSUH ALAMI (AGENS HAYATI)
Predator :
> Memakan mangsanya secara langsung

Parasitoid :
> Meletakan telur pada tubuh hewan sasaran, kemudian setelah menetas larvanya menghisap cairan tubuh hewan sasaran tersebut hingga mati

Patogen :
> Jamur tersebut masuk kedalam tubuh serangga melalui kulit diantara ruas-ruas tubuh
> Mekanisme penetrasinya dimulai dengan pertumbuhan spora pada kutikala
> Didalam tubuh serangga hifa berkembang dan selanjutnya memasuki pembuluh darah, melalui beberapa proses lebih lanjut di dalam tubuh menyebabkan kematian serangga


Pengertian Parasitoid
Parasitoid ialah organisme yang menghabiskan sebagian besar riwayat hidupnya dengan bergantung pada atas di organisme inang tunggal yang akhirnya membunuh (dan sering mengambil makanan) dalam proses itu. Kemudian parasitoid mirip dengan parasit khusus kecuali dalam nasib inang tertentu. Dalam hubungan parasit khusus, parasit dan inang hidup berdampingan tanpa kerusakan mematikan pada inang. Khasnya, parasit mengambil cukup bahan makanan untuk tumbuh tanpa mencegah inang berkembang biak. Dalam hubungan parasitoid, inang dibunuh, normalnya sebelum melahirkan keturunan. Bila diperlakukan sebagi bentuk parasitisme, istilah nekrotrof kadang-kadang digunakan, meski jarang.
Jenis hubungan ini nampaknya hanya terjadi pada organisme yang memiliki tingkat reproduksi yang cepat, seperti serangga, atau tungau (jarang). Parasitoid juga sering berkembang bersama dengan inangnya. Banyak biolog yang menggunakan istilah parasitoid untuk hanya merujuk pada serangga dengan jenis riwayat hidup seperti ini, namun beberapa orang berpendapat istilah ini mesti digunakan lebih luas untuk mencakup nematoda parasit, kumbang penggerek benih, bakteri dan virus tertentu (mis. bakteriofag) yang semuanya harus menghancurkan inangnya.


Jenis-jenis parasitoid
Parasitoid idiobion adalah parasit yang mencegah pertumbuhan inang setelah parasitisasi awal, dan khususnya ini melibatkan tahapan hidup inang yang tak bergerak (mis, telur atau kepompong), dan hampir tanpa pengecualian mereka tinggal di luar inang. Parasitoid koinobion memugkinkan inang terus berkembang dan sering tak membunuh atau mengambil makanan dari inang hingga menjadi kepompong ataupun dewasa; yang kemudian khasnya melibatkan hidup dalam inang bergerak. Koinobion dapat dibagi lagi menjadi endoparasitoid, yang tumbuh dalam mangsanya, dan ektoparasitoid, yang tumbuh di luar badan inang, meskipun sering berikatan atau berlekatan dengan jaringan inang.
Tak umum bagi parasitoid sendiri bertindak sebagai inang untuk anak parasitoid lainnya. Yang terakhir ini umum disebut sebagai hiperparasit namun istilah ini agak membingungkan, karena inang dan parasitoid primer dibunuh. Istilah yang lebih baik adalah parasitoid sekunder, atau hiperparasitoid; yang sebagian besar diketahui termasuk ordo Hymenoptera.


Serangga
Sekitar 10% spesies serangga yang tadi dijelaskan adalah parasitoid,. Ada 4 ordo serangga yang khususnya diketahui untuk jenis riwayat hidup ini. Sejauh ini kebanyakan ada dari ordo Hymenoptera. Kelompok terbesar dan paling banyak diketahui menyusun yang disebut "Parasitica" di subordo Apocrita dari Hymenoptera: subkelompok terbesar adalah tawon kalsikoid (superfamilia Chalcidoidea) dan tawon ikneumon (superfamilia Ichneumonoidea), diikuti oleh Proctotrupoidea dan Platygastroidea. Di luar Parasitica banyak garis keturunan Hymenoptera yang termasuk parasitoid, seperti sebagian besar Chrysidoidea dan Vespoidea, dan familia Orussidae dari Symphyta yang jarang. Lalat (ordo Diptera) termasuk beberapa keluarga parasitoid, yang terbesar adalah familia Tachinidae, dan juga familia yang lebih kecil seperti Pipunculidae, Conopidae dll. 2 ordo lainnya adalah "parasit sayap putar" (ordo Strepsiptera), yang merupakan kelompok kecil yang semuanya terdiri atas parasitoid, dan kumbang (ordo Coleoptera), yang mencakup setidaknya familia Ripiphoridae dan Rhipiceridae, sebagian besar parasitoid, dan kumbang keling] (familia Staphylinidae) dari genus Aleochara. Kadang-kadang anggota ordo lain bisa parasitoid; yang paling ternama adalah keluarga ngengat Epipyropidae, ektoparasitoid untuk "planthopper".

Musuh Alami pada Serangga
Agensia Musuh Alami terdiri dari : Parasitoid dan Predator

Parasit and Parasitoid
Parasit adalah organism yang hidup menumpang pada inangnya yang berukuran lebih besar. Parasit mengambil makanan dari tubuh inangnya, parasit juga dapat melemahkan inangnya dan membunuh inangnya,
Parasitoid adalah serangga yang memparasitisasi serangga atau arhtropoda lainnya. Biasanya bersifat parasitic pada fase immature dan hidup bebas ketika memasuki fase dewasa,. Pada umumnya, parasitoid membunuh inang, namun dalam beberapa keadaan, inang bisa hidup dulu sebelum mengalami kematian.
6 ordo serangga (86 families) berpotensi sebagai parasitoid :
  1. - Coleoptera
  2. - Diptera (Tachinidae)
  3. - Hymenoptera (Ichneumonidae, Braconidae dan Chalcidoidae)
  4. - Lepidoptera
  5. - Neuropteran
  6. - Strepsiptera
Parasitoid juga melakukan penetrasi pada dinding tubuh dan bertelur di dalam tubuh inang atau meletakkan telurnya di luar tubuh inang. Kemudian dari telur tersebut menetas larva yang kemudian menetas dalam tubuh inang.
Parasitoid umumnya digunakan sebagai agen biocontrol, karena memiliki keuntungan sebagai berikut :
  1. Daya survivalnya cukup baik
  2. Hanya memerlukan satu (atau beberapa inang) untuk melengkapi perkembangan parasitoid
  3. Populasi parasitoid bisa sustain pada jumlah inang yang sedikit.
  4. Kebanyakan parasitoid memiliki kisaran inang yang sempit, seringkali menghasilkan respon numeric yang baik terhadap kepadatan inang.
  5. Sedangkan beberapa kekurangan penggunaan parasitoid, adalah sebagai berikut :
Kapasitas pencarian inang dapat berkurang dengan cepat karena sangat dipengaruhi oleh suhu atau factor lainnya.
Hanya betina melakukan pencarian, dan seringkali pencari yang baik hanya menghasilkan sedikit telur.
Sinkronisasi juga merupakan suatu masalah sulit yang dihadapi parasitoid,. Untuk menjadi efektif, siklus hidup parasitoid harus bertepatan dekat dengan inangnya sebelum menjadi stabil dan terjadi supresi. Sinkronisasi bisa tergantung oleh beberapa kondisi lingkungan, yang menyebabkan parasitoid gagal untuk mengurangi jumlah inang secara signifikan.

Nematoda parasit serangga.Penggunaan nematode sebagai agen pengendali hayati telah dilakukan pada beberapa jenis hama, diantaranya bark bettles ( Coleptera : Scolytidae), Belalang (acrididae) dab black flies ( Diptera : simuliidae)
Contoh nematode yang digunakan dalam praktek pengendalian hayati : Mermithidae, Neotylenchidae, dan Steinernematidae,.

Parasit yang tidak menguntungkanParasitoid juga memiliki parasit yang membunuh mereka ketika parasitoid sedang tumbuh di dalam tubuh inangnya, atau dikenal dengan hyperparasitism. Parasit yang pertama kali memparasit dinamakan parasit primer, kemudian yang selanjutnya dinamakan parasitoid sekunder.

Predator
Predator adalah organism yang hidup bebas yang memangsa organism lainnya. Predator dapat menyerang dari mulai fase immature (pra dewasa) sampai dengan fase dewasa dari serangga mangsa. Dan untuk mencapai fase dewasa, predator membutuhkan lebih dari satu individu inang.
Predator serangga di alam, terdiri dari burung,ikan, ampibi, reptile, mamalia dan arthropoda. Pada umumnya yang biasanya digunakan sebagai agen biocontrol dalam pengendalian hama adalah serangga dan tungau (mites).

Jenis – jenis predator :
  1. Predator monofagus : adalah predator yang hanya memakan satu jenis mangsa
  2. Predator oligofagus : memakan beberapa jenis mangsa
  3. Predator polifagus : memakan banyak jenis mangsa.
Keuntungan dari predator yang bersifat polyfagus adalah bisa bertahan pada kondisi jumlah populasi mangsa yang sedikit, karena bisa mendapatkan mangsa alternatif

Karakteristik Predator
  1. Dapat membunuh mangsa dengan cepat
  2. Hampir semua individu pada populasi mangsa/hama (jantan, betina., immature, ataupun dewasa) dapat dimangsa oleh predator
  3. Sinkronisasi antara predator dengan mangsa bukan merupakan suatu masalah.
Akan tetapi penggunaan predator dalam program pengendalian hama, tidak sebanyak penggunaan parasitoid.


Mikroorganisme Patogenik
Mikroorganisme yang pertama kali ditemukan menyerang serangga adalah mikroorganisme yang menyerang lebah Apis melifera dan ulat sutera Bombyx morii.
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit pada serangga terdiri dari bakteri, virus, protozoa, fungi dan rickettsia. Mikroorganisme ini menyebabkan penyakit yang membunuh serangga sekaligus, mengurangi kemampuan reproduksi serangga, dan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan serangga. Organism ini dapat menyebabkan epidemic penyakit pada populasi serangga secara alami, dan pemahaman mengenai cara kerja mikroorganisme ini merupakan bagian penting dalam memprediksi dinamika populasi pada banyak hama.

Mikroba yang digunakan dalam program pengendalian hama, dinamakan microbial insecticide. Beberapa contoh insektisida mikroba yang telah digunakan sebagai agen pengendali hayati adalah sebagai berikut :
Genus Bacillus, misalnya B. popiliae untuk mengendalikan Japanese bettle Popilia japonica. Bacillus thuringensis (Bt) yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada banyak spesies ngengat (lepidoptea), nyamuk (Diptera ; Culicidae) dan beberapa jenis kumbang (coleoptera).
Virus merupakan salah satu agen biocontrol yang berpotensi, salah satunya adalah virus yang berasal dari golongan Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV). Selain itu, granulosis, cytoplasmic polyhedrosis, and entomox viruses juga berpotensi sebagai biocontrol.

Masa depan pengendalian hayati dengan menggunakan mikroba patogenik memiliki prospek yang cukup baik, terkait dengan issue pencemaran produk pertanian dan kontaminasi lingkungan.
Peningkatan teknologi dalam bioteknologi sebaiknya dapat menurunkan biaya produksi dari insektisida mikroba dan meningkatkan efisiensi.


Sepuluh spesimen musuh alami baik yang predator maupun parasitoid.
Ischideon scultellaris
Serangga ini merupakan lalat yang dianggap sebagai predator yang memangsa serangga kecil. Kakinya panjang sekali dan warnanya hijau kilat yang cemerlang. Ia dapat berlari dengan cepat. Lalat ini dapat ditemukan di kebun teh dan senang sekali hinggap di atas daun di bawah cahaya matahari. Lalat ini adalah makhluk siang hari. Larva lalat menari adalah pemangsa kutu daun dan serangga kecil lain yang efektif.

Daur hidup
Lalat dewasa meletakkan telur di dalam kolam air atau kayu lapuk. Larva dapat hidup di air, kayu lapuk, batang rumput-rumputan, di bawah kayu dan juga ada yang bersifat parasit. Setelah larva berganti kulit beberapa kali, dia menjadi kepompong. Lalat dewasa sering mengunjungi kebun dan merupakan predator.

Verania afflicta
Eriborus argentiventes pilosus
Eriborus argenteopilosus termasuk ke dalam ordo Hymenopthera Famili Ichneumonidae, parasit ini sering disebut parasit pinggang ramping yang memiliki ciri-ciri : Tubuh ramping berbentuk seperti tabuhan, ukuran 3-40 mm. pada sayap depan terdapat gambaran seperti kepala kuda atau ada dua pembuluh melintang, mempunyai dua recurrent vena. Antenna beruas 16 buah atau lebih, sedikitnya setengah pajang tubuh. Ovipositor panjang (sampai 15 mm). Bervariasi dalam bentuk dan warna. Beberapa berwarna kekuningan hitam, sebagian lagi mempunyai antenna yang pertengahannya kekuningan atu keputihan. Pupa mempunyai bentuk yang bervariasi, masing-masing jenis mempunyai bentuk yang khas.
Hampir di setiap tempat dijumpai anggota ini, baik di lahan basah maupun kering. Mencari mangsa di bagian atas tajuk daun. dengan menggunakan ovipositornya yang panjang, mereka dapat menemukan larva hama meskipun berada di dalam jaringan tanaman. Induk dapat meletakkan beberapa butir telur dalam satu inang. Berperan sebagai parasitoid larva Croccidolomia pavonana pada kubis. Slain itu dapat pula sebagai Parasitoid larva untuk Ulat Buah (Helicoverpa armigera Hubn.)

Macomia magnifera
Serangga yang terkenal dengan nama capung ini termasuk pada ordo odonata, pada genus Macromia disebut capung penyaring sungai yang merupakan jenis besar yang terdapat sepanjang pinggir-pinggir daunau atau sungai. Capung merupkan penerbang cepat , berwarna cokelat dengan tanda kekuning-kuningan pada toraks dan abdomen serta mempunyai mta yang hijau cemerlang.

Harmonia octomaculata
Harmonia octomaculata merupakan serangga predator yang termasuk ke dalam ordo coleoptera. Serangga ini terkenal dengan ukuran kecil dan seringkali berbintik atau berpita dengan warna cemerlang dan cembung. Kepala tersembunyi dari atas oleh pronotum yang meluas, pada serangga dewasa sering dalam kelompok – kelompok besar di bawah daun pada tumbuhsn di msns terdapat banyak aphid.

Verania lineata
Manthis spp.

Serangga yang lebih dikenal dengan belalang sembah merupakan serangga yang berjalan lamban, besar dan memanjang yang penapilannya menanjukan karena keaneha tungkai belakang yang mengalami modifikasi. Serangga jenis ini merupakan predator atau pemangsa tingkat tinggi dan makan segala macam serangga (termasuk belalang sembh lainnya). Biasanya belalang sembah akan menunggu mangsa dengan posisi diam dan menuggu mangsa dengan tungkai-tungkai depan diangkat ke atas. Belalang sembah sangat bermanfaat sebagai agen pengontrol biologik, dan orang dapat menempatkannya di kebun untuk mengendalikan serangga hama.

Sycanus annulicornis
Leptogaster sp.

Serangga yang termasuk ke dalam golongan ordo hymenopter ini adalah serangga satu kelompok penting dan sangt besar, dan anggota-anggotanya adalah parasit-parasit dari serangga lain.

Menggunakan Serangga Pemangsa dan parasitoid sebagai Pengendalian Hama
  1. Hama adalah makhluk hidup yang menjadi pesaing, perusak, penyebar penyakit, dan pengganggu semua sumber daya yang dibutuhkan manusia. Definisi hama bersifat relatif dan sangat antroposentrik berdasarkan pada estetika, ekonomi, dan kesejahteraan pribadi yang dibentuk oleh bias budaya dan pengalaman pribadi.
  2. Pengkategorian serangga hama didasarkan pada sumber daya yang dipengaruhinya. Tiga kategori umum hama serangga adalah hama estetika, hama kesehatan, serta hama pertanian dan kehutanan. Hama estetika mengganggu suasana keindahan, kenyamanan, dan kenikmatan manusia. Hama kesehatan menimbulkan dampak pada kesehatan dan kesejahteraan manusia berupa luka, ketidaknyamanan, stress, sakit, pingsan, dan bahkan kematian. Sekitar 50% dari seluruh jenis serangga penghuni bumi merupakan serangga herbivora yang dapat merusak tanaman pertanian dan kehutanan secara langsung atau pun tidak langsung.
  3. Pertanian monokultur dengan varietas tanaman yang berproduksi tinggi telah menyediakan pasokan makanan yang seragam kualitasnya dan tidak ada habis-habisnya bagi serangga herbivor. Sistem monokultur juga telah menciptakan kondisi lingkungan yang sangat mendukung bagi peningkatan laju reproduksi dan laju kelangsungan hidup serangga herbivora. Keduanya menjadi pemicu ledakan hama serangga di lahan pertanian.
  4. Pertanian monokultur biasanya menerima asupan energi berupa pupuk buatan dan pestisida. Jika insektisida yang digunakan untuk mengendalikan populasi hama ternyata juga membunuh atau mengusir musuh alami hama, maka akan terjadi pertukaran dari agen pengendali jangka panjang (musuh alami) ke agen pengendali jangka pendek (insektisida kimia). Apabila pengaruh pengendali kimia tidak ada maka populasi hama akan tumbuh tidak tertahan di lingkungan yang bebas dari musuh alaminya.
  5. Sebagian besar taktik pengendalian hama tidak pernah 100 % efektif. Biasanya akan ada sejumlah kecil hama yang mampu bertahan hidup untuk bereproduksi dan menurunkan materi genetiknya kepada generasi selanjutnya. Apabila materi genetik tersebut membawa gen (atau alel) resisten terhadap insektisida, maka taktik pengendalian yang pernah diterapkan akan kurang efektif terhadap generasi barunya. Populasi hama resisten dapat mencapai ledakan dengan cepat kecuali jika kita mengubah atau memperbarui taktik pengendalian sehingga menjadi lebih efektif.
  6. Mekanisme lain yang menyebabkan ledakan hama adalah perpindahan makhluk hidup, baik sengaja ataupun tidak sehingga mampu melintasi berbagai penghalang geografi antar negara. Jenis-jenis introduksi tersebut menikmati iklim yang sesuai, makanan melimpah, dan tidak ada musuh alami, sehingga populasinya berkembang dengan sangat cepat dan menyebar luas ke lokasi-lokasi lainnya.
  7. Sekarang banyak konsumen menginginkan buah dan sayuran yang bebas sama sekali dari serangga (zero tolerance) dan tidak akan mentoleransi adanya kontaminasi atau kerusakan sedikitpun karena serangga. Produsen telah ditekan oleh konsumen untuk menerapkan praktek pengendalian hama yang lebih keras sehingga dihasilkan komoditas yang diinginkannya. Konsumen tidak menyadari jika penggunaan pestisida yang intensif akan diikuti oleh resurgensi hama dan perkembangan hama sekunder karena tidak ada lagi musuh alaminya, serta munculnya hama resisten terhadap insektisida.

Analisa Ekonomi Pengendalian Hama
  1. Bioekonomi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara jumlah hama, respons tanaman terhadap luka karena serangan hama, dan kerugian ekonomi yang ditimbulkannya. Bioekonomi membentuk dasar dari penilaian dan pengambilan keputusan dalam pengendalian hama, misalnya konsep tingkat luka ekonomi (economic injury level) yang dicetuskan oleh Stern et al. (1959).
  2. Ahli entomologi mendefinisikan luka (injury) sebagai kerusakan fisik suatu komoditas akibat keberadaan atau aktivitas hama, sedangkan kerusakan (damage) didefinisikan sebagai kerugian nilai moneter suatu komoditas akibat luka. Setiap tingkat serangan hama akan menghasilkan luka, tetapi tidak semua tingkat luka akan menghasilkan kerusakan.
  3. Untuk melihat hubungan antara kepadatan populasi hama serangga dan kerugian ekonomi maka para ahli entomologi telah mengembangkan konsep tingkat luka ekonomi (economic injury level) sebagai tanggapan untuk menemukan cara penggunaan insektisida yang lebih rasional.
  4. Tingkat luka ekonomi (TLE) adalah konsep yang sangat berguna, namun tidak perlu menunggu hingga populasi hama mencapainya untuk memulai operasi pengendalian. Jadi, lebih baik memulai operasi pengendalian sebelum hama mencapai TLE. Untuk itu para ahli entomologi mengembangkan konsep ambang ekonomi (economic threshold) atau ambang aksi (action threshold). Ambang ekonomi (AE) adalah suatu indeks untuk pengambilan keputusan dalam pengelolaan hama.
  5. Ambang ekonomi dapat ditentukan secara subjektif atau objektif. Penentuan secara subjektif merupakan pendekatan kasar karena tidak didasarkan pada penghitungan TLE dan penentuannya hanya didasarkan pada pengalaman para praktisi. Ambang ekonomi objektif, sebaliknya, didasarkan pada penghitungan TLE dan nilainya akan berubah mengikuti perubahan di dalam variabel utama dari TLE.
  6. Berdasarkan kepentingan ekonomi manusia, hama serangga dapat dikelompokkan menjadi hama utama, hama minor, hama potensial, hama sekunder atau sporadis, dan hama kunci. Hama serangga juga dapat dikelompokkan berdasarkan seberapa sering manusia mengendalikannya, yaitu hama persisten, hama kadangkala, dan hama tidak umum atau tidak sering.


Serangga Pemangsa
  1. Secara umum, pemangsa didefinisikan sebagai makhluk hidup yang memakan makhluk hidup lainnya. Pemangsaan merupakan suatu cara hidup yang sumber makanannya diperoleh dengan menangkap, membunuh, dan memakan hewan lain.
  2. Pemangsa dari kelompok arthropoda terdiri atas sejumlah besar jenis serangga, ditambah dengan laba-laba dan tungau pemangsa. Di dunia ini diperkirakan ada sekitar 200.000 jenis pemangsa arthropoda, termasuk berbagai jenis laba-laba dan tungau pemangsa. Serangga pemangsa terdiri atas lebih dari 16 bangsa dan kurang lebih 2000 suku.
  3. Karakteristik umum serangga pemangsa:
    a. mengkonsumsi banyak individu mangsa selama hidupnya,
    b. umumnya berukuran sebesar atau relatif lebih besar daripada mangsanya,
    c. menjadi pemangsa ketika sebagai larva/nimfa, dewasa (jantan dan betina), atau keduanya,
    d. pemangsa menyerang mangsa dari semua tahap perkembangan,
    e. biasanya hidup bebas dan selalu bergerak,
    f. mangsa biasanya dimakan langsung,
    g. biasanya bersifat generalis,
    h. seringkali memiliki cara khusus untuk menangkap dan menaklukkan mangsanya.
  4. Beberapa bangsa serangga yang penting sebagai pemangsa dalam pengendalian alami dan hayati, antara lain adalah Coleoptera, Hemiptera, Neuroptera, dan Diptera. Kelompok pemangsa penting yang bukan serangga adalah laba-laba dan tungau pemangsa.


Pemilihan Mangsa
  1. Istilah-istilah yang sering dipakai untuk menggambarkan kisaran mangsa adalah monofagus (pemakan satu jenis mangsa), oligofagus atau stenofagus (pemakan beberapa jenis mangsa yang masih berkerabat), dan polifagus (pemakan banyak jenis mangsa dari kelompok yang berbeda). Pemangsa monofagus dan oligofagus disebut juga spesialis, sedangkan pemangsa polifagus disebut generalis.
  2. Di alam, lebih banyak ditemukan pemangsa polifagus atau oligofagus daripada pemangsa monofagus. Kisaran hama yang sempit pada pemangsa oligofagus sering kali didasarkan pada keterkaitan taksonomi mangsa.
  3. Pengetahuan mengenai filogeni pemangsa dan mangsa sangatlah penting untuk memahami kekhususan mangsa dan preferensi mangsa.
  4. Tipe mangsa yang dimakan oleh pemangsa merupakan interaksi dari berberapa faktor (fisiologi, perilaku, dan ekologi), yaitu:
    a. ketersediaan/kelimpahan relatif dari tipe mangsa yang khusus,
    b. perilaku pemangsa dalam mencari makan,
    c. kesesuaian nutrisi mangsa, dan
    d. risiko pemangsaan yang berasosiasi dengan upaya dalam memperoleh mangsa.Kecuali keempat faktor di atas, perilaku oviposisi betina berperan penting dalam menentukan mangsa yang tersedia untuk larvanya.
  5. Secara tradisional perilaku pemilihan mangsa atau inang dibagi menjadi empat komponen yang sering kali digabungkan bersama, yaitu penentuan lokasi habitat mangsa, penentuan lokasi mangsa, penerimaan mangsa, dan kesesuaian hama. Dalam proses pemilihan mangsa, umumnya pemangsa menggunakan kombinasi pertanda fisik (penglihatan dan sentuhan) dan pertanda kimiawi (bau dan rasa).
  6. Senyawa kimia semio (semiochemical) adalah senyawa kimia yang digunakan sebagai media komunikasi makhluk hidup, terdiri atas feromon (pheromone) dan senyawa kimia allelo (allelochemical). Feromon digunakan untuk komunikasi intraspesifik, sedangkan senyawa kimia allelo digunakan untuk komunikasi interspesifik. Senyawa allelo disebut kairomon (kairomone) jika yang menerima pesan memperoleh keuntungan dan disebut alomon (allomone) jika yang memberi pesan memperoleh keuntungan dan penerima menderita kerugian. Kecuali itu, ada sinomon (synomone) yang menguntungkan pemberi dan penerima pesan, serta apneumon (apneumone) yang dikeluarkan oleh materi tidak hidup dan menguntungkan penerimanya.
  7. Di samping pertanda visual, senyawa volatil kairomon dan sinomon (sebagai pertanda kimia) juga merupakan pemikat bagi kehadiran jenis-jenis pemangsa tertentu di habitat mangsanya.
  8. Untuk beberapa jenis pemangsa, penentuan lokasi mangsa menggunakan pertanda berupa campuran sinergis senyawa-senyawa yang dihasilkan baik oleh tanaman maupun mangsa.
  9. Probabilitas sejenis mangsa untuk diterima oleh pemangsa tergantung pada kualitas jenis mangsa lain yang ada di lingkungannya. Kisaran hama yang diserang akan lebih sempit apabila hama berkualitas tinggi kelimpahanya tinggi dan melebar jika kelimpahannya rendah.
  10. Pemangsa yang sudah menerima mangsa mungkin akan melanjutkan dengan memakannya sebagai sumber energi untuk perkembangan dan reproduksinya. Namun, jika mangsa tidak sesuai karena kualitas nutrisinya rendah, pemangsa akan menolaknya atau terus melanjutkan makannya tetapi dengan konsekuensi yang buruk.
  11. Beberapa karakteristik musuh alami, termasuk pemangsa, yang diinginkan untuk keberhasilan pengendalian hayati adalah sebagai berikut:
    a. memiliki kemampuan mencari yang baik,
    b. memiliki kekhususan mangsa/inang,
    c. memiliki laju reproduksi yang tinggi,
    d. memiliki kemampuan adaptasi yang baik di habitat mangsa/inang,
    e. memiliki daur hidup yang sinkron dengan mangsa/inang,
    f. memiliki kemudahan untuk diperbanyak.

Serangga Parasitoid
  1. Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis.
  2. Ada tiga bentuk partenogenesis yang dijumpai pada parasitoid, yaitu thelyotoky (semua keturunannya betina diploid tanpa induk jantan), deuterotoky (keturunannya sebagian besar betina diploid yang tidak mempunyai induk jantan dan jarang ditemukan jantan haploid), dan arrhenotoky (keturunan jantan haploid tidak mempunyai induk jantan, dan keturunan betinanya berasal dari induk betina dan jantan (diploid).
  3. Parasitoid disebut internal atau endoparasitoid jika perkembangannya di dalam rongga tubuh inang dan eksternal atau ektoparasitoid apabila perkembangannya di luar tubuh inang.
  4. Parasitoid yang membunuh atau yang melumpuhkan inang setelah meletakkan telur disebut idiobiont. Parasitoid yang tidak membunuh atau tidak melumpuhkan secara permanen setelah melakukan oviposisi disebut koinobiont.
  5. Parasitoud yang menghasilkan hanya satu keturunan dari satu inang disebut soliter dan disebut gregarius kalau jumlah keturunan yang muncul lebih dari satu individu (tetapi berasal dari satu induk) per inang.
  6. Hiperparasitoid atau parasitoid sekunder adalah parasitoid yang menyerang parasitoid primer. Adelphoparasitoid adalah parasitoid jantan yang memparasiti larva betina dari jenisnya sendiri.
  7. Multiparasitisme adalah parasitisme terhadap inang yang sama oleh lebih dari satu jenis parasitoid primer, superparasitisme adalah parasitisme satu inang oleh banyak parasitoid dari jenis yang sama.
  8. Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.
  9. Dari bangsa Diptera hanya suku Tachinidae yang paling penting di dalam pengendalian alami dan hayati hama pertanian dan kehutanan. Kelompok terbesar parasitoid, yaitu bangsa Hymenoptera merupakan kelompok yang sangat penting. Dua suku utama dari supersuku Ichneumonoidea, yaitu Braconidae dan Ichneumonidae, sangat penting dalam pengendalian alami dan hayati. Dari supersuku Chalcidoidea yang dianggap sebagai kelompok parasitoid paling penting dalam pengendalian alami dan hayati adalah Mymaridae, Trichogrammatidae, Eulophidae, Pteromalidae, Encyrtidae, dan Aphelinidae.
  10. Parasitoid dianggap lebih baik daripada pemangsa sebagai agen pengendali hayati. Analisis terhadap introduksi musuh alami ke Amerika serikat menunjukkan bahwa keberhasilan penggunaan parasitoid dalam pengendalian hayati mencapai dua kali lebih besar daripada pemangsa.

Pemilihan dan Kisaran Inang
  1. Dalam proses pemilihan inang, semua parasitoid melalui suatu rangkaian proses yang terdiri atas
    (1) pemilihan habitat inang,
    (2) penentuan lokasi inang,
    (3) pe-nerimaan inang, dan
    (4) kesesuaian inang. Keberhasilan parasitisme sangat tergan-tung pada keempat proses tersebut.
  2. Dalam proses pemilihan inang, parasitoid berhadapan dengan berbagai pertanda yang sangat beragam sesuai dengan jaraknya dari inang. Pada jarak jauh, pertanda kimia (dari lingkungan inang) hanya memberikan informasi mengenai keberadaan habitat. Ketika parasitoid semakin mendekati inang, senyawa semiokimia yang berasal dari inang, aktivitas inang, dan organisme lain yang berasosiasi dengan inang akan menjadi petunjuk mengenai lokasi dan keberadaan inang. Pertanda visual, seperti warna, bentuk, dan pola-pola yang berasosiasi dengan inang, digunakan untuk meningkatkan efisiensi pencarian parasitoid.
  3. Pemilihan habitat inang menggunakan pertanda yang berasal dari habitat tanpa tergantung pada ada atau tidak inang di dalamnya. Pertanda yang digunakan untuk pemilihan habitat biasanya visual atau bau senyawa volatil.
  4. Penentuan lokasi inang terjadi setelah parasitoid berada di habitat yang tepat. Beragam pertanda akan membantu membawa parasitoid dari habitat inang (habitat) ke lokasi spesifik inang. Pertanda-pertandanya lebih spesifik, sangat dikenali, dan berjarak lebih dekat daripada pertanda habitat. Pertanda mungkin berasal dari inang, produk buangan inang, tanaman yang dimakan inang, atau dari organisme lain yang berasosiasi dengan inang. Pertanda lokasi inang dapat berupa bau, visual, sentuhan, atau suara.
  5. Penerimaan inang adalah keputusan ya atau tidak (menerima atau menolak) ketika parasitoid menemukan inangnya. Pertanda yang digunakan meliputi senyawa kimia pada permukaan tubuh inang atau di dalam darah, dan pertanda fisik seperti ukuran, bentuk, umur, atau tekstur inang.
  6. Setelah inang ditemukan dan dapat diterima, maka inang tersebut haruslah sesuai secara fisiologi dan nutrisi demi keberhasilan perkembangan keturunan parasitoid. Ukuran dan umur inang akan mempengaruhi kesesuaiannya.
  7. Kisaran inang parasitoid adalah semua jenis inang yang diserang sehingga parasitoid berhasil memperoleh keturunannya. Untuk parasitoid yang menyerang banyak inang digunakan istilah generalis (polifagus), sedangkan yang menyerang sedikit atau satu inang disebut dengan spesialis (oligofagus atau monofagus). Kisaran inang potensial adalah semua jenis yang dapat diserang sehingga parasitoid dapat berkembang di dalamnya, sedangkan kisaran inang aktual adalah jenis-jenis yang biasa digunakan parasitoid sebagai inang. Kemungkinan penyebab perbedaan antara inang potensial dan aktual terletak pada urutan proses yang harus dilalui parasitoid untuk menggunakan sejenis inang.
  8. Prediksi umum mengenai kisaran hama menyatakan bahwa parasitoid telur dan pupa mempunyai kisaran hama yang lebih lebar daripada parasitoid larva, dan ektopara-sitoid mempunyai kisaran hama yang lebih lebar daripada endoparasitoid. Keduanya berkaitan dengan sistem kekebalan yang dimiliki oleh inang. Endoparasitoid umumnya menyerang inang yang tubuhnya terlihat. Parasitoid yang menyerang inang dalam keadaan terlihat menunjukkan kisaran hama yang terbatas (spesialis). Sebaliknya, ektoparasitoid cenderung menyerang inang yang tubuhnya terlindung di dalam jaringan daun, kulit kayu, batang, atau jaringan-jaringan lain. Parasitoid yang menyerang inang dengan tubuh tersembunyi menunjukkan spektrum inang yang lebar (generalis).
  9. Keseluruhan proses pemilihan inang akan menentukan kisaran inang. Rangkaian proses tersebut akan menjelaskan ketidaksesuaian antara kisaran hama potensial dan aktual karena setiap tahap urutan akan mengurangi jumlah jenis inang yang akan ditemukan dan diserang parasitoid.
  10. Untuk mempertahankan diri, inang mungkin menangkal parasitoid secara eksternal sebelum terjadi oviposisi, atau secara internal setelah oviposisi terjadi. Reaksi pertahanan eksternal dapat dilakukan dengan menggerak-gerakkan tubuh, atau inang pindah ke bagian lain yang lebih aman. Reaksi pertahanan internal terdiri atas reaksi seluler (enkapsulasi dan melanisasi) dan reaksi humoral. Secara umum, inang yang berbeda menggunakan mekanisme pertahanan yang berbeda untuk menghadapi parasitoid yang sama, tetapi parasitoid yang berbeda akan menyebabkan reaksi pertahanan yang sama dari inang yang sama.


Praktek Pengendalian Hayati
Praktek pengendalian hayati terdiri dari tiga macam cara yaitu : introduksi, augmentasi, dan konservasi.
Introduksi
Introduksi merupakan praktek klasik dalam pengendalian biologi, dikenal juga dengan istilah importation, karena program biocontrol yang pertama muncul menggunakan cara ini.
Dasar dari praktek pengendalian ini adalah mengidentifikasi musuh alami yang mengatur populasi hama pada lokasi aslinya, kemudian diintroduksikan ke dalam suatu daerah yang baru untuk mengendalikan hama, kemudian musuh alami akan reasosiasi dengan mangsa/inangnya.
Harapan dari musuh alami yang diintroduksikan, akan menjadi stabil di lapangan, dan secara permanent mengurangi populasi serangga hama, sehingga berada di bawah ambang ekonomi.

Augmentasi
Definisi Augmentasi adalah melepaskan dalam jumlah besar musuh alami yang telah diproduksi massal dengan tujuan untuk meningkatkan populasi musuh alami di habitat pelepasan atau membanjiri (inundasi) populasi hama dengan musuh alami

Konservasi
Kemungkinan kebanyakan praktek yang dilakukan dalam biocontrol adalah dengan menerapkan konservasi musuh alami. Tujuan dari program konservasi ini adalah untuk menjaga dan mempertahankan populasi predator dan parasitoid yang ada di lapangan.
Intinya Artikel diatas adalah bagaimana caranya petani dapat mengendalikan dan menekan populasi serangga hama yang ramah lingkungan. Secara umum petani masih mengandalkan penggunaan pestisida kimia yang nota bane penyumbang kerusakan alam.
Lalu bagaimana upaya petani dalam mendukung program penggunaan Parasitoid serangga maupun predator ? sebab secara praktek pertani tidak mungkin bisa membiakkan Parasitoid maupun Predator secara invitro kerena Parasitoid maupun Predator membutuhkan serangga hama untuk rantai makanannya. Atau memanfaatkan tubuh serangga hama untuk kelangsungan hidupnya.
Dan ada satu peran manusia yang dapat menyumbang pengendalian serangga hama secara alami dan ramah lingkungan yaitu manusia mengkonsumsi serangga hama sebagai sumber protein tambahan.



REFERENSI
http://id.wikipedia.org/wiki/Parasitoid
http://massofa.wordpress.com/2008/01/31/menggunakan-serangga-pemangsa-dan-parasitoid-sebagai-pengendalian-hama/
http://z47d.wordpress.com/2010/04/18/musuh-alami-serangga-hama/
http://hadianiarrahmi.wordpress.com/2010/04/24/musuh-alami-pada-serangga/
http://suptpkabtasikmalaya.blogspot.com/2011/01/pengenalan-dan-pemanfaatan-musuh-alami.html
http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/270321
http://www.scribd.com/doc/49696648/Dinamika-Populasi-Serangga-Dan-Musuh-Alami-II
http://eviekepompong.blogspot.com/2011/04/interaksi-parasitoid-hymenoptera-dengan.html