Banyak hal menarik yang patut kita simak. Sebuah cangkul / orang jawa mengatakan pacul. misalnya, tak semata-mata sebuah benda dan alat yang akrab dengan petani. Cangkul/ orang jawa mengatakan pacul, bisa menceritakan banyak hal, seperti kerja keras, kemandirian, kehidupan orang kecil dan juga keikhlasan berbuat. Meskipun sekarang ini, alat produksi berupa cangkul tergusur setelah hadirnya traktor, tak membuat cangkul dilupakan. Cangkul tetap tak tergantikan, meskipun banyak alat canggih lainnya terus bermunculan. Bukankha, banyak hal yang dapat kita pelajari di sini khususnya terkait cangkul ?
Cangkul / orang jawa mengatakan pacul, ini sudah diperlakukan sebagai ‘bintang-bintang’ petang yang tak terlihat itu. Sementara mesin produksi modern seperti traktor, laksana matahari. Perannya begitu dominan. Orang-orang kemudian meremehkan para petani yang masih menggunakan cangkul, dan menyebut mereka tidak modern. Kita begitu mudah melupakan sesuatu, setelah memiliki yang lain. Seolah-olah sesuatu itu tak pernah hadir dalam kehidupan kita dan kita tak pernah mengetahuinya. Tapi, apakah orang-orang akan berfikir bagaimana membuat traktor jika sebelumnya tidak ada petani yang membajak sawah menggunakan cangkul?
Namun, itulah dunia kita sekarang. Kita selalu lupa pada apapun, setelah memiliki sesuatu yang lebih sempurna. “Seperti kacang lupa pada kulitnya,” demikian orang-orang menyebutnya. Tapi, tahukah kita, bahwa hasil dari keringat mereka ternyata tak semata-mata hanya dinikmati oleh mereka saja. Banyak orang yang mampu tersenyum, berkat jerih petani. Namun, adakah kita menghargai pengorbanan mereka? Apakah kita pernah merasa bahwa satu biji padi begitu berharga dan sangat menentukan satu biji padi yang lain? Coba kita renungkan, pernah tidak dalam kehidupan kita tak membuang sisa makanan? Tidak pernahkah kita menjatuhkan satu beras yang sudah jadi nasi saat kita makan? Saya yakin, semua orang pernah melakukannya.
Terakhir, saya ingin mengatakan, tak semua dari filosofi cangkul harus ditiru. Sebab, ada juga sifat-sifat dari cangkul yang tidak terpuji. Cangkul / orang jawa mengatakan pacul, misalnya, selalu mementingkan diri sendiri. Lihat saja, setiap kali cangkul/ orang jawa mengatakan pacul digunakan petani mencangkul, selalu hasilnya ditarik ke belakang, untuk dirinya. Hal ini menyerupai salah satu tabiat manusia, yang mengumpulkan sesuatu untuk memperkaya diri. Sebagai perilaku, filosofi cangkul tak seharusnya kita tiru. Tapi, bukankah sekarang banyak dari kita yang mempraktikkan filosofi cangkul dengan tujuan memperkaya diri?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar