- ikan koi kohaku yang berwarna merah serta putih
- ikan koi showa dengan warnah belang merah serta juga putih
- ikan koi sanke dengan warna belang merah serta hitam
-->
MENGENDALIKAN PENYAKIT PADA TANAMAN PADI
SECARA TERPADU MENGGUNAKAN PRINSIP INTEGRATED PEST MANAGEMANT
Memperhatikan berbagai efek negatif yang terjadi dari penggunaan bahan kimia dalam dunia pertanian, maka mulai diadakan penelitian-penelitian yang mengarah kepada penggunaan jasad hidup untuk penanggulangan kerusakan di dunia pertanian, yang dikenal dengan pengendalian biologi ("Biologic control"). Dalam metode ini dimanfaatkan serangga dan mikro organisme yang bersifat predator, parasitoid, dan peracun. Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian terus berlanjut dengan memperhatikan aspek keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi, maka muncul istilah "integrated pest control", integrated pest control dan selanjutnya menjadi integrated pest management (IPM), yang dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) juga ada istilah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sebelum kami menjelaskan cara pengendalian hama tanaman padi secara terpadu maka sebelum membahasnya lebih lanjut kami menyarankan untuk mempelajari " Managemen Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu " dengan klik disini. Dalam Artikel ini juga kami akan berikan informasi mengenai penyakit-penyakit pada tanaman padi.
PENYAKIT TANAMAN PADI
1. Penyakit tungro dan wereng hijau
Serangan penyakit tungro depot meluas dengan cepat terutama bile faktor pendukung seperti tingginya kepadatan populasi serangga penular, tersedianya sumber inokulan, adanya pertanaman varietas peka, pola tanam tidak serempak serta faktor lingkungan yang sesuai. Serangan menyebabkan terjadinya kerusakan tanaman yang tidak bisa sembuh kembali, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas maupun kuantitas produksi.
Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu "Rice Tungro Bacilliform Virus" (RTBV) dan "Rice Tungro Spherical Virus" (RTSV). Penyakit ini disebabkan oleh wereng hijau (Nephotettix virescens) sebagai vektor utamanya. N. virescens ini merupakan spesies yang dominan di daerah Tropis, merupakan vektor paling efektif dan monophagus pada tanaman padi. Gejala serangan penyakit tungro adalah tanaman menjadi agak kerdil, daunnya berwarna kuning sampai orange. Perubahan warna daun dimulai dari ujung daun sampai akhirnya seluruh helai daun. Perubahan warna ini tampak jelas pads daun nomor due dari pucuk tanaman.
Wereng hijau (Nephotettix virescens Distant) umumnya tidak langsung merusak tanaman padi, tetapi bertindak sebagai penular atau vektor penyakit virus tungro. Pengendalian dengan waktu tanam yang tepat dan rotasi varietas telah berhasil di Sulawesi Selatan namun pada kondisi pola tanam tidak teratur, pergiliran varietas kurang berhasil, seperti di Bali dan Jawa Tengah.
Pada saat ini petani dalam bercocok tanam agak berbeda dari beberapa tahun yang lalu, kalau dahulu para petani (petani budidaya padi ) melakukan penanaman serentak dalam satu daerah tertentu selah olah ada yang memberi komando, sedangkan pada akhir-akhir ini petani cenderung sendiri-sendiri dalam melakukan pola bercocok tanamnya. Menurut pengamatan penulis banyak ditemukan tanaman padi yang berbeda jauh waktu penanamannya terbukti pada satu hamparan persawahan yang bersebelahan, lahan satu sudah siap panen sedangkan lahan disebelahnya tanaman padinya dalam proses bunting susu. Hal ini menyebabkan populasi hama atau penyakit di daerah tersebut selalu ada / tidak terputus siklusnya. Jika hal ini terus berlanjut maka keberadaan hama atau penyakit dihamparan tersebut akan selalu ada.
Pengendaliannya adalah:
* Usahakan menanam serentak minimal 20 hektar
* Gunakan varietas padi yang tahan terhadap virus tungro atau tahan serangga penular wereng wijau.Varietas tahan wereng hijau menentukan >70% keberhasilan pengendalian tungro
* Buat persemaian setelah lahan dibersihkan dari gulma teki dan eceng gondok. Buang tanaman padi yang terinfeksi agar tidak menjadi sumber virus.
* Lakukan penanaman jajar legowo dua atau empat baris dapat menekan pemencaran wereng hijau.
* Sawah jangan dikeringkan karena merangsang pemencaran wereng hijau sehingga memperluas penyebaran tungro.
* Lakukan pengamatan tungro saat tanaman berumur 2-3 MST. Kendalikan serangga wereng hijau penular virus dengan insektisida kimiawi yang direkomendasikan bila saat tanaman umur 2 MST ditemukan 5 tanaman terserang dari 10.000 rumpun tanaman atau umur 3 MST ditemukan 1 tanaman terserang dari 1.000 rumpun tanaman. Insektisida yang dianjurkan adalah imidacloprid, tiametoksan, etofenproks, dan karbofuran.
* Kendalikan populasi Vektor virus dengan mengendalikan hama wereng hijau.
2. Penyakit hawar daun bakteri (HDB) pada Tanaman Padi
Penyakit hawar daun bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae dapat terjadi melalui air, angin, dan benih. Infenksi terjadi melalui luka/lubang alami (stomata).
Pengendaliannya adalah:
* Penanaman varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian, namunketahanan verietas saat ini di Indonesia bersifat spesifik lokasi karena strain HDB berbeda-beda. Saat ini terdapat strain III, IV, V, VI, VII, dan VIII.
* Amati kerusakan tanaman, bila keparahan penyakit melebihi 20% maka gunakan bakterisida Agrep.
* Lakukan rotasi tanaman, dan pupuk N yang digunakan jangan berlebihan.
3. Penyakit kerdil Rumput pada tanaman padi
Mewaspadai gejala serangan pada tanaman padi dengan gejala yang mirip penyakit Tungro. Awas, rumpun tanaman padi anda terserang penyakit 'baru' yang gejala serangannya mirip serangan tungro. Penyakit ini sudah mulai menyerang tanaman padi di Jawa Barat.
Gejala penyakit 'baru' ini adalah daun tanaman padi berwarna kuning yang mirip dengan gejala penyakit tungro. Secara visual, gejala yang ditunjukkan oleh tanaman terserang penyakit ini adalah: 1) Dalam satu rumpun yang terserang kadang hanya beberapa anakan atau bahkan gejala hanya pada beberapa daun saja, 2) Gejala daun berwarna kuning kadang hanya terjadi pada daun bawah/daun tua, daun yang menguning pada akhirnya akan mengering yang dimulai dari bagian ujungnya, 3) Tanaman yang terserang pada stadia dewasa, menunjukkan daun berwarna kuning-oranye tetapi lebar daun normal dan jumlah anakan serta tinggi tanaman sama dengan tanaman sehat. Hanya saja, apabila tanaman padi terinfeksi sejak awal stadia vegetatif, biasanya tanaman akan mati.
Dari hasil pemantauan tim peneliti BB Padi, penyakit dengan gejala menguning tersebut sudah nampak sejak musim tanam 2006 dan akhir-akhir ini sudah menyebar di Jawa Barat seperti Subang, Karawang, Purwakarta, Bandung, Cianjur, Indramayu, Cirebon, dan Kuningan. Penyakit tersebut juga sudah ditemukan di Serang Banten.
Bahkan menurut Dr. Baehaki peneliti wereng coklat BB Padi, penyakit ini juga sudah ditemukan di daerah Simalungun-Sumatera Utara. Penyakit tersebut dapat menyerang pada varietas populer yang ditanam petani, seperti Ciherang, Mekongga, dan Muncul.
Untuk itulah keberadaan penyakit ini perlu diwaspadai sejak awal pertanaman. Pemantauan di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi pada musim kemarau 2007 pada beberapa varietas padi berumur 5-6 minggu setelah tanam menunjukkan keberadaan penyakit mencapai 16% (Table 1). Bahkan pemantauan di lahan petani sekitar Sukamandi keberadaan penyakit kerdil rumput tipe 2 ini mencapai lebih dari 30%.
Hasil pengujian yang dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menunjukkan bahwa penyakit dengan gejala menguning tersebut bukan penyakit tungro, melainkan satu jenis penyakit yang disebabkan oleh virus kerdil rumput tipe-2 (Rice grassy stunt virus 2). Indikasi ini ditunjukkan oleh hasil pengujian bahwa penyakit ini dapat ditularkan oleh wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) tetapi tidak ditularkan oleh wereng hijau yang merupakan vektor pembawa penyakit tungro.
Wereng coklat yang telah menghisap cairan pada tanaman terserang penyakit kerdil rumput ini, setelah kurang lebih satu minggu kemudian dapat menularkan virus penyebab penyakit kerdil rumput pada tanaman sehat. Perlu diketahui
bahwa sekali menghisap pada tanaman padi sakit tersebut, maka selama hidupnya wereng coklat tersebut akan membawa dan dapat menyebarkan virus pada tanaman padi lainnya.
Tanaman yang telah terinfeksi tidak dapat disembuhkan. Meskipun tanaman sakit tidak mati dan tetap menghasilkan malai, tetapi pengisian gabahnya akan sangat terganggu. Tanaman sakit tersebut juga akan menjadi sumber inokulum
untuk penularan pada tanaman padi lainnya dengan perantara wereng coklat.
Penyakit semacam ini sebenarnya pernah muncul di Jawa Barat pada sekitar tahun 1980-an, namun seiring dengan menurunnya populasi wereng coklat, penyakit kemudian tidak pernah menjadi masalah dan bahkan hilang dengan
sendirinya. Baru kemudian pada akhir- akhir ini, seiring dengan perkembangan populasi wereng coklat yang meningkat, penyakit kerdil rumput tipe 2 muncul kembali.
Keberadaan penyakit ini perlu diwaspadai karena pada akhir-akhir ini populasi wereng cenderung selalu ditemukan pada pertanaman padi di Jawa Barat dan sekitarnya. Varietas tahan terhadap penyakit virus kerdil rumput tipe 2, sampai saat ini belum ada. Pengendalian penyakit ini hanya dapat dilakukan seiring dengan pengendalian wereng coklat sebagai vektor penyebarnya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi berkembangnya penyakit di lapangan adalah dengan menghilangkan sumber inokulum penyakit di lapangan dan mengendalikan wereng coklat. Menghilangkan sumber
inokulum penyakit di lapangan dapat dilakukan dengan memangkas habis singgang bekas tanaman terserang dan mencabut tanaman terserang yang ditemukan sejak awal pertanaman.
Untuk mengendalikan populasi wereng coklatnya dapat digunakan varietas padi tahan wereng (Memberamo, Widas, Cimelati, Ciapus, Cigeulis), pergiliran varietas, tanam secara serempak, penanaman padi dengan jarak tanam yang
tidak terlalu rapat, dan penyemprotan insektisida. Berbagai insektisida yang efektif untuk pengendalian wereng coklat antara lain yang berbahan aktif: amitraz, bufopresin, fipronil, imidakloprid, karbofuran, karbosulfan, dan tiametoksan.
4. Penyakit Bercak Daun Coklat ( Helmintosporium oryzae )
Gejala kerusakan :
Merusak pelepah daun, malai dan buah yang baru tumbuh serta pada tahap pembibitan yang baru tumbuh. Gejala pada biji / bulir padi adalah bulir berbercak-bercak coklat tetapi masih berisi( bernas) apabila biji tersebut ditanam akan mengalami pembusukan pada saat biji mulai berkecambah dan apabila kecambah tumbuh akan segera mati. Gejala pada tanaman padi dewasa akan mengalami busuk kering.
Pengendaliannya :
1. Merendam benih dengan air hangat dengan penambahan Fungisida
2. Gunakan pemupukan yang berimbang akan mengurangi tingkat serangan
3. Gunakan Varietas padi yang tahan terhadap penyakit bercak daun coklat
4. Semprot dengan menggunakan Fungisida
5. Penyakit Blast ( Pyricularia oryzae )
Gejala kerusakan :
Menyeang daun - buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun/ gelang buku/ tangkai malai/ cabang didekat pangkal malai yang terserang akan menyebabkan pembusukan sehingga bulir padi akan menjadi hampa
Pengendalian :
1. Membakar sisa jerami
2. Menanam varietas padi dengan varietas yang tahan terhadap penyakit ini.
3. Semprot dengan menggunakan Fungisida
4. Pemberian pupuk Nitrogren ( N ) pada masa pertengahan vase vegetatif tanaman dan pada saat fase pembentukan bulir akan mengurangi tingkat serangan.
Salam tani
disarikan oleh
Dwi Hartoyo,SP
ARTIKEL TERKAIT
1. Managemen mengendalikan Hama dan Penyakit Secara Terpadu dan Berkesinambungan.
2. Mengendalikan Hama Pada Tanaman Padi Secara Terpadu
REFERENSI
1. Horsfall, J. G. And Ellis, B. C. 1977. Plant disease an advanced treatise. How disease is managed. Vol I. Academic Press New York, San Francisco, London.
2. Makarim, A.K., I.N. Widiarta, Hendarsih, S., dan S. Abdulrachman. 2003. Petunjuk Teknis Pengelolaan Hara dan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Secara Terpadu. Departemen Pertanian;
3. Semangun H. 1990. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press
4. http://visualsunlimited.photoshelter.com/image/I00001SGrN.azp2E
5. http://www.nesmd.com/shtml/22294.shtml
6. http://openpdf.com/ebook/musuh-alami-agrotis-ipsilon-pdf.html
7. Ir. Suprihanto, SP, Msi - Penulis dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi - Dimuat pada Tabloid Sinar Tani edisi 4-10 Juni 2008
MANAGEMENT Organisme Pengganggu Tanaman ( OPT )
DAN
MACAM MACAM PESTISIDA NABATI & CARA MEMBUATNYA
Manajemen Hama dan Penyakit
Manajemen hama dan penyakit, mencakup kegiatan-kegiatan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dapat
menyebabkan penurunan produksi dan mutu, dengan memperhatikan aspek keamanan produk dan kelestarian lingkungan serta sumber daya alam. Pengendalian OPT dilakukan dengan prinsip Pengendalian Hama Penyakit Terpadu (PHT).
Prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
PHT dapat dilakukan dengan cara :
- Fisik, membunuh organisme pengganggu secara manual
- Biologi, memanfaatkan peranan agens hayati seperti predator dan patogen
- Kultur teknis, dengan penanaman varietas toleran, pengaturan jarak tanam, pengaturan drainase, pemupukan berimbang, penjarangan buah, dll.
- Kimiawi, merupakan alternatif terakhir, dengan mempertimbangkan ambang ekonomi.
Pengendalian dengan Pestisida Hayati
Pengendalian juga dapat menggunakan pertisida hayati yang akrab lingkungan, disebut demikian karena bahan kimia nabati ini dapat mudah terurai, dapat dibuat oleh petani karena bahan dasar tersedia disekitar lokasi, dan harga pembuatan yang terjangkau.
Kelemahan pestisida nabati adalah :
a). Daya tahan yang singkat (sangat mudah berubah/terurai), oleh karena itu intensity aplikasi harus direncanakan dengan cermat supaya efisien,
b). Konsentrasi larutan yang dihasilkan masih tidak konsisten karena sangat tergantung pada tingkat kesegaran bahan dasar.
c). Diperlukan standar pengolahan untuk tiap tanaman dan standar aplikasi penggunaan bagi pengendalian OPT.
Beberapa pestisida nabati yang dapat mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman pisang adalah sebagai berikut :
1. Mimba (Azadirachta indica)
Tanaman ini telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, acarisida, nematisida dan virisida. Senyawa aktif yang dikandung terutama terdapat pada bijinya yaitu azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin.
Tanaman ini dapat mengendalikan OPT seperti : Helopeltis sp,; Empoasca sp.; Tungau jingga (Erevipalpis phoenicis), ulat jengkal (Hyposidra talaca), Aphis gossypii, Epilachna varivestis, Fusarium oxyporum, Pestalotia, sp.; Phytophthora sp.; Heliothis armigera, pratylenchus sp.; Nilaparvata lugens, Dasynus sp.; Spodoptera litura, Locusta migratoria, Lepinotarsa decemlineata, palnoccocus citri, Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Alternaria tenuis, Carpophilus hemipterus, kecoa, Crysptolestes pussillus, Corcyra cephalonnomia, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Musca domestica, Nephotettix virescens, Ophiomya reticulipennis, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Sogatella furcifera, Tribolium sp.; tungro pada padi, Tylenchus filiformis.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan :
a). Biji nimba dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 20 – 25 gram/l;
b). Endapkan selama 24 jam kemudian disaring supaya didapat larutan yang siap diaplikasikan;
c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan, untuk pengendalian sedangkan untuk pengendalian nematoda dilakukan dengan cara menyiram di sekitar tanaman yang terserang.
Kulit biji dan kulit batang dapat digunakan sebagai mulsa (dikeringkan).
2. Serei Wangi (Andropogon nardus L).
Tanaman ini dikenal sebagai tanaman obat tradisional dan kosmetik, di Jawa dikenal sebagai sere wangi dan di Sunda dikenal sebagai sereh wangi. Tanaman ini dapat digunakan sebagai menggantikan pestisida kimia yaitu untuk insektisida, bakterisida, dan nematisida.
Senyawa aktif dari tanaman ini berbentuk minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, arnesol, metil heptenol dan dipentena.
Tanaman ini dapat mengendalikan Tribolium sp,; Sitophilus sp.; Callosobruchus sp.; Meloidogyne sp.; dan Pseudomonas sp.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan :
a). Daun dan batang ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l;
b). Kemudian endapkan selama 24 jam kemudian disaring supaya didapat larutan yang siap diaplikasikan;
c). Aplikasi dilakukan dengan cara disemprotkan atau disiramkan;
d). Sedangkan untuk pengendalian hama gudang dilakukan dengan cara membakar daun atau batang hingga didapatkan abu, lalu sebarkan / letakkan didekat sarang atau dijalur hama tersebut mencari makan.
3. Piretrum (Chysanthemum cinerariaefolim VIS)
Tanaman ini lebih dikenal sebagai bunga chrysan, banyak ditanam dipekarangan (taman) dan juga sebagai obat mata. Tanaman ini mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Tanaman ini dapat berfungsi sebagai insektisida, fungisida, dan nematisida. Senyawa aktif dari tanaman ini terdapat pada bunga bersifat racun kontak yang dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat serangga, menghambat perkembangan serangga dengan penetasan telur.
Aplikasi dari tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan
Aphis fabae, Aphis gossypii, Helopeltis sp,; Cricula trifenestrata, Plutella xylostella, Hyalopterus pruni, Macrosephum rosea, Drosophilla spp.; Empoasca fabae, ulat jengkal, Thrips Choristoneuro pinus, Doleschallia polibete, Agrotis ipsilon, Callosobruchus chinensis, Carpophilus hemipterus, kecoa Crysptolestes pussillus, Corcyra cephalonica, Crocidolomia binotalis, Dysdercus cingulatus, Earias insulana, Epilachna varivestis, Fusarium sp; Locusta migratoria, Musca domestica, Nephotettix virescens, Nilaparvata lugens, Ophiomya reticulipennis, Planococcus citri, Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, Sitophilus sp.; Spodoptera litura, Tribolium sp, Helycotylenchus sp.; Meloidogyne sp.; Pratylenchus sp.; Tylenchus filiformis.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan :
a). Mahkota bunga dikeringkan lalu ditumbuk;
b). Hasil penumbukan direndam dalam air dengan konsentrasi 20 gram/l selama 24 jam;
c) Hasil endapan kemudian disaring supaya didapatkan larutan yang siap diaplikasikan;
d). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan;
e). Aplikasi dapat dilakukan dalam bentuk tepung yang dicampur dengan bahan pembawa seperti kapur dan bedak atau menggunakan alkohol, aceton atau minyak tanah sebagai pelarut.
4. Bakung (Crinum asiaticum L)
Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan obat tardisional depresan sistem syarat pusat. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pengganti pestisida yang berfungsi sebagai bakterisida, dan virisida. Senyawa dari tanaman ini mengandung alkaloid yang terdiri dari likorin, hemantimin, krinin dan krianamin.
Tanaman ini bermanfaat untuk menekan /menghambat pertumbuhan Fusarium oxyporum.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan :
a). Menumbuk daun dan atau umbi lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam.
b). Larutan hasil perendaman ini disaring supaya didapat larutan yang siap diaplikasikan.
d) Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan.
5. Sirih (Piper betle L)
Tanaman sirih dengan banyak nama daerah merupakan tanaman yang telah lama dikenal sebagai bahan dasar obat tradisional, dapat digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat digunakan/bersifat sebagai fungisida dan bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur.
Tanaman ini walaupun belum secara efektif dapat mengendalikan genus Phytophthora sp,; Fusarium oxyporum, Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan :
a). Daun sirih ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam,
b). Setelah itu disaring supaya didapatkan larutan yang siap diaplikasikan.
c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyiraman larutan semprot ke sekitar tanaman yang sakit atau dengan mengoleskan larutan pada bagian yang terserang (sakit).
6. Mindi (Melia azedarach L)
Tanaman mindi dikenal dengan nama mindi kecil, banyak digunakan dalam industri sebagai bahan baku sabun. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat bersifat sebagai insektisida, fungisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung antara lain margosin (sangat beracun bagi manusia), glikosida flavonoid dan aglikon.
Tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan / menekan OPT seperti Hidari irava, Spodoptera litura, Spodoptera abyssina, Myzus persicae, Orsealia oryzae, Alternaria tenuis, Aphis citri, Bagrada crucifearum, Blatella germanica, Kecoa, Jangkrik, Kutu, Belalang, Heliothis virescens, H. Zea; Helminthosporium sp.; Holocrichia ovata, Locusta migratoria, Meloidogyne javanica, Nephotettox virescens, Nilaparvata lugens, Ostrina furnacalis, Panochychus citri, Sagotella furcifera, Tribolium castaneum, Tryporyza incertulas, Tylenchus filiformis.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan :
a). Biji mindi dikupas / daun dimba ditumbuk lalu direndam dalam air dengan konsentrasi 25 – 50 gram/l selama 24 jam,
b). Larutan yang dihasilkan disaring supaya didapatkan larutan yang siap diaplikasikan.
c). Aplikasi dilakukan dengan cara penyemprotan. Kulit buah dan kulit batang dapat digunakan sebagai mulsa (dikeringkan).
7. Cengkeh (Syzygium aromaticum L)
Tanaman cengkeh telah lama dikenal masyarakat, baik sebagai bumbu dapur maupun bahan dasar industri (rokok, kosmetik, obat) dengan nilai komersial yang tinggi. Sejak jaman kolonial tanaman ini banyak ditanam hampir di seluruh wilayah Indonesia terutama di Maluku dan Sulawesi. Tanaman ini dapat digunakan sebagai pestisida nabati karena dapat digunakan sebagai insektisida, fungisida, bakterisida, dan nematisida. Senyawa aktif yang dikandung oleh tanaman ini dapat menghambat/menekan pertumbuhan/perkembangan cendawan penyebab penyakit, hama, nematoda dan bakteri.
OPT yang dapat dikendalikan antara lain : Fusarium sp.; Phytophthora sp.; Rigidoporus sp.; Sclerotium sp.; Dacus sp.; Stegobium panicum. Pseudomonas solanacearum, Radopholus similis, Meloidogyne incognita.
Cara pemanfaatan tanaman ini sebagai pestisida nabati dapat dilakukan dengan :
a). Daun, bunga atau tangkai bunga ditumbuk hingga menjadi tepung, dapat juga diekstak (laboratorium),
b). Sebarkan tepung/minyak tersebut pada tanaman atau sekitar perakaran yang terserang dengan dosis 50 gram/pohon, jika menggunakan serasah daun cengkeh dosis yang digunakan 100 gram/pohon.
c). Pada tanaman dengan serangan ringan dapat dilakukan penyayatan pada akar kemudian diolesi dengan tepung/ minyak cengkeh.
Slam tani
disarikan oleh
Dwi Hartoyo,SP
Kepik predator dari ulat | Patogen Beauveria bassiana membunuh serangga | Lalat parasitoid ini mendekati ulat untuk meletakkan telurnya |
Kepik predator dari ulat | Patogen Beauveria bassiana membunuh serangga | Lalat parasitoid ini mendekati ulat untuk meletakkan telurnya |