Pada postingan terdahulu kami sudah menjelaskan berbagai macam dan gerjala serta penyebab penyakit yang disebabkan oleh microorganisme ( silahkan klik disini ). Pada kesempatan kali ini kami akan menjelaskan beberapa diagnosis penyakit yang disebabkan oleh non parasit.
Dalam bidang pertanian, tanah memiliki arti yang lebih khusus dan penting sebagai media tumbuh tanaman darat. Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa bahan organik dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup di atasnya atau di dalamnya. Selain itu di dalam tanah terdapat pula udara dan air yang berasal dari hujan yang ditahan oleh tanah sehingga tidak meresap ke tempat lain. Dalam proses pembentukan tanah, selain campuran bahan mineral dan bahan organik terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang disebut horizon. Dengan demikian tanah (dalam arti pertanian) dapat didefenisikan sebagai kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara, dan merupakan media tumbuhnya tanaman.
Secara umum tanah dapat dipelajari dengan pendekatan pedologi dan pendekatan edaphologi. Ilmu yang mempelajari proses-proses pembentukan tanah beserta faktor-faktor pembentuknya, klasifikasi tanah, survai tanah, dan cara-cara pengamatan tanah di lapang disebut "Pedologi". Dalam hal ini tanah dipandang sebagai suatu benda alam yang dinamis dan tidak secara khusus dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman. Walaupun demikian penemuan-penemuan dalam bidang pedologi akan sangat bermanfaat pula dalam bidang pertanian maupun non pertanian misalnya pembuatan bangunan (teknik sipil).
Apabila tanah dipelajari dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman disebut "edaphologi". Dalam edaphologi yang dipelajari adalah sifat-sifat tanah dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman, serta usaha-usaha yang perlu dilakukan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah (fisik, kimia dan biologi), bagi pertumbuhan tanaman seperti pemupukan pengapuran dan lain-lain.
Meningkatnya pengetahuan manusia tentang tanah, maka Ilmu Tanah menjadi Ilmu yang sangat luas, sehingga untuk dapat mempelajarinya dengan baik perlu pengelompokkan lebih lanjut kedalam bidang-bidang Ilmu Tanah yang lebih khusus seperti Fisika Tanah, Kimia tanah, Kesuburan tanah, Mikrobiologi Tanah, Pengawetan Tanah dan Air, Mineralogi Tanah, Genesis dan Klasifikasi Tanah, Geografi Tanah, Survai Tanah dan Evaluasi Lahan.
Tulisan ini lebih menyoroti aspek Kesuburan Tanah dan bagaimana cara mengevaluasi status kesuburan tanah untuk tujuan pengembangan dan peningkatan produksi tanaman pertanian. Kesuburan Tanah mempelajari hubungan unsur-unsur hara dalam tanah dengan pertumbuhan tanaman, pemupukan dan usaha-usaha lain dalam memperbaiki sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi tanah) untuk pertumbuhan tanaman.
Sifat fisik tanah yang terpenting adalah : solum, tekstur, struktur, kadar air tanah, drainase dan porisitas tanah, dll. Sifat kimia tanah meliputi : kadar unsur hara tanah, reaksi tanah (pH), kapasitas tukar kation tanah (KTK), kejenuhan basa (KB), kemasaman dapat dipertukarkan (Al dan H), dan lain-lain. Sedangkan sifat biologi tanah meliputi : bahan organik tanah, flora dan fauna tanah (khususnya mikroorganisme penting : bakteri, fungi dan Algae), interaksi mikroorganisme tanah dengan tanaman (simbiosa) dan polusi tanah. Untuk mengetahui dampak kekurangan hara terhadap tumbuhan diperlukan diagnosis. Gejala yang ditimbulkan karena kekurangan unsur hara tanah bagi tumbuhan mirip disebabkan oleh penyakit micro organisme / parasit tumbuhan. Untuk lebih jelasnya diperlukan diagnosis tumbuhan.
Diagnosis merupakan proses identifikasi penyakit, sehingga dengan diagnosis dapat ditemukan nama penyakitnya. Identifikasi dapat dilakukan terhadap gejala yang timbul maupun terhadap penyebab penyakit. Diagnosis merupakan sebuah proses yang membutuhkan waktu. Diagnosis merupakan proses yang sangat penting karena hasil diagnosis akan menentukan keberhasilan suatu pengelolaan penyakit tanaman. Kegagalan suatu diagnosis akan menyebabkan kegagalan dalam tahap pengendalian. Diagnosis merupakan proses yang sangat penting. Hasil diagnosis akan menentukan keberhasilan suatu pengelolaan penyakit tanaman. Kegagalan suatu diagnosis akan menyebabkan kegagalan dalam tahap pengendalian. Sebagai contah klasik dikemukakan oleh Fry (1982) pada pertanaman bit gula dipinggiran kota New York terjadi masalah kekerdilan tanaman. Dugaan awal kekerdilan tersebut disebabkan oleh karena kekurangan hara. Namun ternyata aplikasi pemupukan tidak menyelesaikan masalah. Konsultasi dengan ahli penyakit tanaman menyimpulkan bahwa tanaman terserang oleh nematoda Heterodera schachtii. Dengan demikian diagnosis yang baik harus memiliki efektivitas yang tinggi. Disamping itu diagnosis juga harus cepat. Keterlambatan hasil diagnosis karena berbagai hal dapat menyebabkan penyakit sudah berkembang pesat, sehingga hasil tidak dapat diselamatkan. Disamping efektif dan cepat, diagnosis juga harus murah. Biaya diagnosis yang mahal tidak akan terjangkau oleh petani kecil, sehingga mereka enggan pergi ke klinik untuk memeriksakan tanaman.
GEJALA TUMBUHAN KEKURANGAN UNSUR HARA TANAH
Pengambilan hara yang kurang mencukupi dalam tubuh tanaman mengakibatkan munculnya gejala kekahatan. Prinsip yang harus dipegang dalam mengenali gejala visual adalah:
1. fungsi dasar unsur hara,
2. dinamika atau mobilitas hara dalam tubuh tanman, dan interaksi hara.
KEKURANGAN ( DEFICIENCY ) Unsur Nitrogren.
Nitrogen tanah mudah sekali terhanyut dan hilang oleh air. Karena itu problema kekurangan hara mineral tanah yang paling sering terjadi adalah kekurangan unsur Nitrogren. Gejala umum yang ditimbulkan karena kekurangan unsur Nitrogen bagi tumbuhan adalah terhambatnya pertumbuhan dan terjadinya warna hijau pucat menyeluruh. Namun kedua gejala tersebut juga sama dengan gejala yang ditimbulkan karena penyebab yang lain. Untuk memastikan anda bisa mencoba dengan melakukan pemupukan N yang cepat melarut dan tersedia badi tumbuhan misalnya pupuk KNO3.
Gejala visual berkaitan dengan fungsi hara, misalnya hara N diperlukan dalam pembentukan klorofil, maka kekurangan N akan diikuti klorosis daun. Letak munculnya gejala berkaitan dengan sifat mobilitas hara dalam jaringan tanaman, misalnya unsur N dengan cepat dapat dipindahkan dari daun yang tua ke titik tumbuh, sehigga dedaunan yang baru berwarna hijau, sedangkan klorosis muncul pertama kali pada daun yang lebih rendah pada pohon atau yang lebih tua.
Beberapa faktor penting yang juga perlu diperhatikan adalah: intensitas gejala (kekahatan ringan tidak menampakkan gejala), umur tanaman, varitas tanaman, musim, kekahatan beberapa hara secara bersamaan, keracunan, populasi dan kesehatan tanaman.
Kelemahan gejala kekahatan hara:
1. Gejala visual yang serupa dapat disebabkan oleh lebih dari satu hara, misalnya gejala klorosis antar tulang daun pada daun yang muda merupakan watak kekahatan Fe atau Mn.
2. Gejala visual serupa dapat pula disebabkan serangga, penyakit, herbisida atau faktor lainnya, misalnya gejala kekahatan B dan bekas dimakan belalang pada legum hampir sama kenampakannya.
3. Kekahatan hara pada tanaman mungkin bukan karena kekurangan hara dalam tanah, tetapi dapat disebabkan keadaan pH, kelebihan hara lain, atau adanya faktor penghambat pertumbuhan akar.
4. Pada saat menunjukkan gejala visual kekahatan hara, kehilangan hasil secara murad telah terjadi.
Tingkat kecukupan hara dalam jaringan tanaman dapat dibedakan:
Aras kritis (critical value, critical level, critical nutrient concentration) menunjukkan kadar hara dalam jaringan, dibawah kadar ini menampakkan gejala kekahatannya, umumnya pada aras ini hasil panen turun 10%. Jika diberi tambahan hara, tanaman bersifat sangat responsif, dan gejala kekahatan akan menghilang.
Kisaran kritis hara (critical nutrient range): sukar untuk ditentukan secara tepat, merupakan peralihan antara wilayah kekahatan dengan kecukupan hara, hasil tanaman berkurang antar 0% sampai 10%. Pemberian hara akan meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman.
Kisaran kecukupan (sufficiency range, sufficiency level, sufficiency zone): kadar hara cukup untuk mendukung pertumbuhan dan hasil panen yang maksimum, pemberian hara dapat meningkatkan kadar hara dalam jaringan tetapi tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Aras berlebihan atau meracun (excessive or toxic level): kadar hara terlalu tinggi mengakibatkan penurunan pertumbuhan dan hasil tanaman, jika kadarnya sangat tinggi dapat meracuni tanaman atau mengakibatkan gangguan ketimpangan hara (imbalance of nutrients).
KEKURANGAN Unsur Besi ( Fe )
Gejala Chlorosis dialami di daerah yang bertanah alkalis , tanah berkapur menimbulkan gejala penguningan ( chlorosis ) diantara tulang tulang daun pada pertumbuhan daun daun baru. Hal ini disebabkan karena kekurangan unsur besi yang " tersedia "bagi tanaman. Masalah ini menjadi masalah utama di daerah berkapur. Terkadang gejala yang ditimbulkan juga bisa bervariasi dari yang ringan hingga yang berat .
1. Chlorosis ringan : Daun daun baru berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan diantara tulang tulang daunnya.
2. Chlorosis sedang : Daun daun baru benar benar mempunyai bagian yang berwarna kuning, tetapi tulang tulang daun terutama yang kecil tetapi berwarna hijau normal.
3. Chlorosis parah : Daun daun baru berwarna kuning pucat sampai berwarna seperti jerami, tulang daun tengah / utama sudah tidak berwarna hijau lagi. Pada musim kemarau bisa timbul bercak bercak berwarna coklat pada daun; seluruh atau sebagian daun menjadi kering dan bahkan bisa gugur.
Dilapangan anda bisa menemukan pada kondisi tanah yang basah secara berlebihan ( Alkalis ) atau adanya tanah yang berkapur adalah indikasi utama ditemukannya gejala chlorosis yang disebabkan oleh kekurangan unsur Fe.
KEKURANGAN UNSUR SENG ( Zn )
Gejala kekurangn unsur Zn sangat berdampak pada tumbuhan berkayu dengan gejala yang berbeda. Berikut gejala kekurangn unsur Zn bagi tumbuhan :
1. Daun menjadi kecil kecil ( Little Leaf )
Daun mengalami salah bentuk menjadi mengecil dan menyempit, memucat ( Chlorosis ) pada puncak pertumbuhan baru dan membentuk pertumbuhan melingkar ( rosettle ) yang terjadi pada pucuk pucuk cabang tumbuhan Almond, Apokat, apel, anggur, peach dan plum; pengguguran daun juga bisa terjadi.
2. Rosettle
Pada musim semi anak anak daun menjadi berwarna kekuning kuningan dan bila diraba terasa kasar. Pertumbuhan daun berikutnya menjadi kecil dan salah bentuk dengan ruas ruas pendek pada ranting hingga membentuk rosettle. Pada musim panas terjadi bercak bercak dan dan sel selnya mengalami kematian. Tetapi sangat jarang yang menyebabkan tumbuhan mati.
3. Daun belang belang ( mottle leaf )
Untuk tumbuhan golongan Sitrus seringkali timbul gerjala membentuk daun daun kecil , sempit dan lurus keatas dengan warna kuning diantara tulang tulang daun. Sifat pohon bisa berubah menjadi sifat semak.
KEKURANGAN UNSUR MANGAN (Mn )
Kekurangan Mn mirip sekali seperti kekurangan Fe hanya saja pada tulang tulang daun tetap berwarna hijau bahkan pada daerah tepi daun juga berwarna hijau.
KEKURANGAN UNSUR MAGNESIUM ( Mg )
Gejala chlorosis seperti pada kekurangan unsur Fe hanya saja warna hijau masih ada di tepi tepi daun terutama pada jenis jenis sayur mayur. Pada tanaman Citrus terdapat warna hijau seperti huruf V pada daerah pangkal daun., sedangkan daerah daerah lainnya berwarna kuning.
KEKURANGAN UNSUR BORIUM ( B )
Tumbuhan membutuhkan unsur B dalam jumla yang sangat sedikit, tetapi jika kekurangan unsur B akan berdampak dan timbul gejala yang bermacam macam tergantung jenis tumbuhannnya.
Umbi umbian : Gejala kerdil dan terdapat lubang / bercak bercak pada umbi yang berwarna hitam . Pada daun seladri timbul bercak warna hitam.
Buah buahan : Apel ----> menunjukkan bercak bercak bergabus didalam dan diluar jaringan, mati ranting ( die back ) dan rosette; Pada buah Pear ----- > gejala mati ranting ( die back ) dan bercak bercak pada bunga. Tumbuhan menunjukkan gejala kerdil, percabangan berlebihan dan mati jaringan ( necrosis ) bagian dalam.
Retak Batang : pada tanaman seladri dan rhubarb membentuk celah celah dan garis garais tak teratur berwarna coklat, dan anak anak seladri mempunyai bercak bercak coklat. Banyak jenis tumbuhan yang sangat peka terhadap kekurangn unsur B.
KEKURANGAN UNSUR TEMBAGA ( Cu )
Gejala : Mati ranting ( die back ). Mula mula daun berwarna hijau gelap dan berukuran besar. Ranting ranting berwarna coklat, kemudian mati dari pucuk ke bawah. Pada buah yang terbentuk berukuran kecil, berwarna coklat dengan kantong kantong gum pada buah ( untuk jenis tanaman Jeruk ).
KEKURANGAN UNSUR Calsium ( Ca )
Unsur Ca berfungsi sebagai penyusun lamella tengah (Ca-pektat), jika tanaman kekahatan Ca maka pertumbuhan terhambat, kerusakan terlihat pada titik tumbuh karena pembelahan sel terhenti.
Terjadinya GejalaGejala defisiensi unsur hara pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi
(1). Kegagalan tanaman secara lengkap pada fase kecambah,
(2). Pertumbuhan tanaman sangat kerdil;
(3). Munculnya gejala spesifikpada daun selama periode waktu yang berbeda-beda dalam musimpertumbuhan;
(4). Abnormalitas internal, seperti tersumbatnya jaringanpembuluh;
(5). Penangguhan kemasakan atau kemasakan tidak normal;
(6). Perbedaan hasil, dengan atau tanpa gejala pada daun;
(7). Kualitas tanaman yang buruk, termasuk penyimpangan komposisi kimia,seperti kadar protein, minyak, pati, daya awet atau daya simpan;
(8).Perbedaan hasil yang hanya dapat dideteksi melalui percobaan yang serius .Disamping itu, defisiensi unsur hara juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan tipe pertumbuhan perakaran tanaman.
Defisiensi unsur hara tidak secara langsung menimbulkan gejala defisiensi. Kalau terjadi kekurangan unsur hara maka proses-proses metabolisme tanaman yang normal menjadi tidak seimbang, sehingga terjadi akumulasi senyawa organik tertentu dan kekurangan yang lainnya. Hal ini mengakibatkan kondisi tidak normal yang dikena sebagai 'gejala' dan mempunyai hubungan yang definit dengan kekurangan unsur hara. Misalnya, persenyawaan diamine-putrescine terbentuk dalam beberapa tanaman yang kekurangan kalium dan menyebabkan gejala-gejala yang khas. Sebenarnya tanaman yang kecukupan kalium juga akan menunjukkan gejala yang sama kalau diinjeksi dengan senyawa ini. Setiap 'gejala defisiensi' mesti berhubungan dengan beberapa fungsi metabolis dari unsur hara yang bersangkutan. Akan tetapi suatu unsur hara bisa mempunyai beberapa fungsi metabolis, dan hal ini menimbulkan kesulitan dalam menjelaskan alasan fisiologis untuk menerangkan terjadinya gejala defisiensi. Misalnya, kalau terjadi defisiensi nitrogen, daun-daun tanaman akan cenderung menjadi berwarna hijau pucat atau kuning terang. Kalau kuantitas nitrogen terbatas, produksi khlorofil akan direduksi, dan pigmen kuning seperti karotin dan xantofil akan muncul. Akan tetapi gejala defisiensi unsur hara tertentu lainnya juga dapat berupa daun-daun yang pucat atau kekuningan, dan kesulitan juga akan dihadapi sehubungan dengan pola lokasi dan posisi daun dalam tanaman. Defisiensi sebenarnya bersifat relatif, dan gejala defisiensi suatu unsur hara akan menyatakan kekurangan atau kelebihannya unsur yang lain. Misalnya defisiensi Mn dapat dipacu oleh penambahan banyak Fe, asalkan ketersediaan Mn berada di sekitar tingkat kritis. Disamping itu, suplai hara yang cukup pada suatu kondisi bisa menjadidefisien kalau unsur lainnya menjadi berlebihan. Pada kondisi suplai nitrogen yang terbatas mungkin tanaman jagung tidak memerlukanbanyak fosfor, tetapi kalau suplai nitrogen ditingkatkan maka ketersediaan fosfor bisa menjadi kritis. Dengan kata lain, kalau faktor pembatas pertama dieliminir maka akan segera muncul faktor pembatas ke dua berikutnya.
Di lapangan seringkali sulit untuk dapat membedakan di antara gejala-gejala defisiensi unsur hara. Tidak jarang bahwa gangguan hama dan penyakit menyerupai defisiensi unsur hara mikro tertentu. Misalnya gangguan oleh belalang daun dengan defisiensi boron padatanaman alfalfa. Defisiensi boron diikuti oleh kolorasi merah pada daundi dekat titik tumbuh kalau tanaman mendapatkan cukup kalium. Sebaliknya kalau suplai kalium terbatas maka daun-daun tanaman alfalfa akan menguning. Suatu gejala mungkin juga merupakan efek sekunder dan dapat pula diakibatkan oleh lebih dari satu macam penyebab. Misalnya, gula yang terakumulasi dalam tanaman jagung dapat berkombinasi dengan flavon membentuk anthosianin (pigmen ungu, merah dan kuning). Akumulasi gula tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti kurang suplai fosfor, suhu malam yang rendah dan suhu udara siang-hari yang panas, gangguan hama pada akar, defisiensi nitrogen,atau sebab lainnya. Gejala defisiensi unsur hara sebagai sarana untuk mengevaluasi kesuburan tanah dapat diibaratkan sebagai "menutup pintu kandang setelah kudanya lepas".Gejala defisiensi hanya muncul setelah suplai unsur harabegitu rendah sehingga tanaman tidak dapat lagi berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam kasus seperti ini maka pupuk akan lebih menguntungkan kalau diberikan jauh sebelum gejala defisiensi muncul. Kalau gejala defisiensi diamati lebih awal maka ia dapat dikoreksi selama musim pertumbuhan tanaman. Hal seperti ini dapat terjadi dalam hal nitrogen, kalium, dan beberapa macam unsur mikro. Memang tujuan utamanya ialah memberikan unsur yang kekurangan ke tanaman secepat mugkin. Hal ini pada kondisi tertentu dapat dilakukan dengan melalui penyemprotan daun, atau penugalan pupuk disekitar akar. Biasanya hasil tanaman masih akan lebih rendahdibandingkan dengan kalau suplai unsur hara kecukupan sejak awaltanam.
Kelaparan tersembunyi' ("hidden hunger") menyatakan situasi dimana tanaman memerlukan lebih banyak unsur hara tertentu, meskipun belum menunjukkan gejala defisiensi tertentu .Kadar unsur hara masih di atas zone defisiensi tetapi berada di bawah batas yang diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi tanaman yang paling menguntungkan dalam sistem pertanian yang berorientasi kepada keuntunganmaka para petani akan berupaya untuk menghindari defisiensi tanamannya. Akan tetapi ia mungkin tidak menambahkan cukup banyak unsur hara untuk mendapatkan hasil yang paling menguntungkan.Dalam banyak hal, respon yang signifikan dapat diperoleh meskipun tidak diketahui adanya gejala defisiensi. Dalam fase-fase permulaan dari penggunaan suatu unsur hara disuatu area, gejala defisiensi mengarahkan kepada pengenalan bahaya.Akan tetapi kalau penggunaan unsur hara harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi, maka gejala defisiensi menjadi kurang penting dan dapat dikelompokkan sebagai masalah bagi petani marjinal. Permasalahan yang kemudian dihadapi adalah bagaimana cara terbaik untuk mengeliminir kelaparan tersembunyi. Uji tanaman akan membantu ke arah perencanaan program pemupukan tahun berikutnya, dan uji tanah akan membantu mengeliminir problem tanaman yang sedang tumbuh. Dalam kedua macam pendekatan ini harus senantiasa diperhatikan praktek pengelolaan sebelumnya.
Efek-efek Musiman
Kekurangan unsur hara dalam tanah dapat diperparah olehkondisi cuaca yang tidak normal. Unsur hara dapat tersedia dalam jumlah yang cukup pada kondisi ideal, tetapi dalam kondisi kekeringan,kelebihan air, atau suhu yang ekstrim tanaman mungkin tidak mampu menyerap dalam jumlah yang cukup. Misalnya pada suhu dingin akanlebih sedikit N, P, dan K yang dapat diserap oleh tanaman tomat
Demikian juga, stress air akan mempengaruhi serapan hara. Kalau stress air semakin parah maka konsentrasi NPK pada daun jagung menurun . Pemupukan akan mampu mengurangi efek buruk stress air, tetapi konsentrasinya masih di bawah optimum dalam periode stress. Dalam rangka untuk mengeliminir faktor pembatas unsur hara maka kadar unsur hara tanaman harus ditingkatkan hingga batas aman dan bukan hanya sampai optimum ekonomis . Memupuk hingga taraf ini akan membantu memanfaatkan kondisi musim yang baik dan mensisakan unsur hara dalam tanah untuk dimanfaatkan oleh tanaman berikutnya
Analisa Jaringan Tanaman
Ada dua tipe analisis tanaman yang telah sering digunakan. Tipe pertama adalah uji jaringan dengan menggunakan bahan jaringan segar di lapangan, dan tipe ke dua adalah analisis total yang dilakukan di laboratorium dengan teknik-teknik analisis yang lebih teliti. Analisis tanaman mempunyai keuntungan pokok yaitu bahwa ia mengintegrasikan pengaruh tanah, tanaman, iklim dan peubah-peubah pengelolaan. Dengan cara ini maka hasil analisis tanaman dipandang sebagai ukuran akhir dari ketersediaan unsur hara. Akan tetapi kelemahan yang pokok dari cara ini adalah berkaitan dengan "waktu",seringkali sudah terlambat untuk menyembuhkan kekurangan hara tanpa mengalami kehilangan hasil. Lazimnya analisis tanaman digunakan untuk tiga maksud penting, yaitu
(i) identifikasi problematik unsur hara tanaman dan mengkuantifikasikan koreksinya melalui penetapan tingkat kritis unsur hara,
(ii) menghitung nilai serapan hara untuk menunjang program pemupukan, dan
(iii) memonitor status hara tanaman permanen, atau yang secara praktis disebut "crop logging". Analisis tanaman didasarkan atas anggapan bahwa jumlah unsur hara dalam tanaman merupakan indikasi suplai unsur hara tertentu dan dengan demikian secara langsung berhubungan dengan kuantitas dalam tanah. Karena kekurangan unsur hara akan membatasi pertumbuhan tanaman, maka unsur hara lainnya dapat terakumulasi dalam cairan sel dan menunjukkan nilai uji yang tinggi, tanpa memperhatikan suplainya. Misalnya kalau jaringan tanaman jagung miskin nitrat maka uji fosfor bisa menunjukkan nilai yang tinggi. Akan tetapi hal ini bukan merupakan indikasi bahwa kalau cukup nitrogendiberikan ke tanaman jagung berarti suplai fosfor juga akan mencukupi. Tingkat kritis telah berhasil diidentifikasikan untuk berapa unsur hara dalam berbagai jenis tanaman. Banyak definisi tentang tingkat kritis telah diusulkan, tetapi salah satu definisi yang bermanfaat bagi petani ialah "kadar unsur hara di bawah mana hasil tanaman atau penampilannya menurun di bawah optimum". Akan tetapi pada kenyataannya agak sulit memilih taraf yang spesifik karena kadar unsur hara lainnya dalam tanaman dapat mempengaruhi tingkat kritis sesuatu unsur hara. Pada tanaman jagung ternyata tingkat kritis N, P atau K ternyata mempunyai kisaran yang agak luas, tergantung pada keseimbangan unsur hara lainnya dan taraf hasil yang diinginkan.Tingkat kritis boron akan lebih tinggi kalau kadar kalsium tanam,an sangat tinggi.
Serapan hara sebagai sarana penduga
Kekurang-akuratan uji tanah untuk menangani problematik nitrogen telah mendorong berkembangnya pendekatan lain dalam mengestimasi dosis pupuk nitrogen. Bartholomew (1972) mengungkapkan adanya hubungan yang konstan antara hasil biji serealia dengan total serapan nitrogennya (termasuk serapan akar). Hubungan seperti ini pada tanaman jagung, gandum dan padi . Slope dari kurva-kurva gambar ini menunjukkan bahwarata-rata kenaikan hasil jagung dan padi untuk setiap tambahan 1 kg nitrogen adalah 30-35 kg biji, sedangkan gandum hanya 15-20 kg.Kalau diketahui hasil tanaman tanpa pupuk (hasil ambang) dan batas hasil konstan maksimum, maka dengan bantuan grafik ini dapat ditentukan jumlah pupuk nitrogen yang diperlukan untuk meningkatkan hasil tanaman hingga mencapai maksimumnya.
Analisis Total
Analisis total dilakukan pada keseluruhan tanaman atau pada bagian-bagian tanaman. Teknik-teknik analisis yang tepat digunakan pengukuran berbagai unsur setelah material tanaman dikeringkan,dihaluskan, dan diabukan. Spektrograf dapat menentukan beberapa unsur secara simultan dan "Atomic Absorption" menjadi semakin penting. Dengan menggunakan metode kuantitatif seperti itu dapat dideteksi perbedaan - perbedaan yang lebih kecil dibandingkan dengan uji jaringan tanaman. Unsur hara yang telah diasimilasikan dan yang belum diasimilasikan dapat dideteksi. Dengan teknik analisis total inidapat diukur berbagai macam unsur hara seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Mn,Fe, Zn, Cu, B, Mo, Co, Si, dan Al. Ada beberapa informasi yang menyatakan bahwa ada beberapa jenis tanaman tertentu ternyata hubungan antara kadar kalium pada daun di bagian bawah dengan kadar kalium dalam daun di bagian atas merupakan indikasi defisiensi atau kecukupan. Kalau kadar kalium pada daun bagian bawah lebih rendah dari kadar kalium pada daun dibagian atas maka tanaman defisiensi kalium. Akan tetapi kalau kadar kalium daun di bagian bawah sama atau lebih besar maka tanaman tidak defisiensi kalium.Untuk maksud-maksud tertentu ternyata uji jaringan tanaman yang berwarna hijau ternyata lebih bermanfaat daripada analisis total. Misalnya kalau suplai unsur hara dalam keadaan baru saja kekurangan, maka masalah ini akan lebih mudah diketahui dengan uji jaringan. Akan tetapi uji jaringan dan analisis total telah lazim digunakan denganberhasil untuk melacak status hara tanaman selama musimpertumbuhannya.
Salam,
Dwi Hartoyo, SP
REFERENSI
1. http://erec.ifas.ufl.edu/plant_pathology_guidelines/module_01.shtml
2. http://www.appsnet.org/Publications/Kerruish/PP4.pdf
3.http://ag.arizona.edu/pubs/diseases/az1124/
4. http://detialiptina.blogspot.com/2011/04/tujuan-mendiagnosis-penyakit-tanaman.html
5. http://nasih.wordpress.com/category/evaluasi-kesuburan-tanah/
6. http://www.scribd.com/doc/44693840/Uji-Tanah-Untuk-Mendukung-Produksi-Tanaman
7. http://mursitoledi.multiply.com/journal/item/1/jurnalilmu_kesuburan_tanah?&show_interstitial=1&u=/journal/item
Tidak ada komentar:
Posting Komentar