Senin, 08 April 2013

MENGENDALIKAN PENYAKIT PADA TANAMAN PADI SECARA TERPADU MENGGUNAKAN PRINSIP INTEGRATED PEST MANAGEMANT




Memperhatikan berbagai efek negatif yang terjadi dari penggunaan bahan kimia dalam dunia pertanian, maka mulai diadakan penelitian-penelitian yang mengarah kepada penggunaan jasad hidup untuk penanggulangan kerusakan di dunia pertanian, yang dikenal dengan pengendalian biologi (”Biologic control”). Dalam metode ini dimanfaatkan serangga dan mikro organisme yang bersifat predator, parasitoid, dan peracun. Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian terus berlanjut dengan memperhatikan aspek keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi, maka muncul istilah ”integrated pest control”, integrated pest control dan selanjutnya menjadi integrated pest management (IPM), yang dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) juga ada istilah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Sebelum kami menjelaskan cara pengendalian hama tanaman padi secara terpadu maka sebelum membahasnya lebih lanjut kami menyarankan untuk mempelajari " Managemen Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Terpadu " dengan klik disini. Dalam Artikel ini juga kami akan berikan informasi mengenai penyakit-penyakit pada tanaman padi.


PENYAKIT TANAMAN PADI
1. Penyakit tungro dan wereng hijau

Serangan penyakit tungro depot meluas dengan cepat terutama bile faktor pendukung seperti tingginya kepadatan populasi serangga penular, tersedianya sumber inokulan, adanya pertanaman varietas peka, pola tanam tidak serempak serta faktor lingkungan yang sesuai. Serangan menyebabkan terjadinya kerusakan tanaman yang tidak bisa sembuh kembali, sehingga mengakibatkan penurunan kualitas maupun kuantitas produksi.

Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu "Rice Tungro Bacilliform Virus" (RTBV) dan "Rice Tungro Spherical Virus" (RTSV). Penyakit ini disebabkan oleh wereng hijau (Nephotettix virescens) sebagai vektor utamanya. N. virescens ini merupakan spesies yang dominan di daerah Tropis, merupakan vektor paling efektif dan monophagus pada tanaman padi. Gejala serangan penyakit tungro adalah tanaman menjadi agak kerdil, daunnya berwarna kuning sampai orange. Perubahan warna daun dimulai dari ujung daun sampai akhirnya seluruh helai daun. Perubahan warna ini tampak jelas pads daun nomor due dari pucuk tanaman.

Wereng hijau (Nephotettix virescens Distant) umumnya tidak langsung merusak tanaman padi, tetapi bertindak sebagai penular atau vektor penyakit virus tungro. Pengendalian dengan waktu tanam yang tepat dan rotasi varietas telah berhasil di Sulawesi Selatan namun pada kondisi pola tanam tidak teratur, pergiliran varietas kurang berhasil, seperti di Bali dan Jawa Tengah.

Pada saat ini petani dalam bercocok tanam agak berbeda dari beberapa tahun yang lalu, kalau dahulu para petani (petani budidaya padi ) melakukan penanaman serentak dalam satu daerah tertentu selah olah ada yang memberi komando, sedangkan pada akhir-akhir ini petani cenderung sendiri-sendiri dalam melakukan pola bercocok tanamnya. Menurut pengamatan penulis banyak ditemukan tanaman padi yang berbeda jauh waktu penanamannya terbukti pada satu hamparan persawahan yang bersebelahan, lahan satu sudah siap panen sedangkan lahan disebelahnya tanaman padinya dalam proses bunting susu. Hal ini menyebabkan populasi hama atau penyakit di daerah tersebut selalu ada / tidak terputus siklusnya. Jika hal ini terus berlanjut maka keberadaan hama atau penyakit dihamparan tersebut akan selalu ada.
Pengendaliannya adalah:
*  Usahakan menanam serentak minimal 20 hektar

* Gunakan varietas padi yang tahan terhadap virus tungro atau tahan serangga penular wereng wijau.Varietas tahan     wereng hijau menentukan >70% keberhasilan pengendalian tungro

* Buat persemaian setelah lahan dibersihkan dari gulma teki dan eceng gondok. Buang tanaman padi yang terinfeksi     agar tidak menjadi sumber virus.

*  Lakukan penanaman jajar legowo dua atau empat baris dapat menekan pemencaran wereng hijau.

*  Sawah jangan dikeringkan karena merangsang pemencaran wereng hijau sehingga memperluas penyebaran tungro.

* Lakukan pengamatan tungro saat tanaman berumur 2-3 MST. Kendalikan serangga wereng hijau penular virus     dengan insektisida kimiawi yang direkomendasikan bila saat tanaman umur 2 MST ditemukan 5 tanaman terserang     dari 10.000 rumpun tanaman atau umur 3 MST ditemukan 1 tanaman terserang dari 1.000 rumpun tanaman.     Insektisida yang dianjurkan adalah imidacloprid, tiametoksan, etofenproks, dan karbofuran.
* Kendalikan populasi Vektor virus dengan mengendalikan hama wereng hijau.


2. Penyakit hawar daun bakteri (HDB)  pada Tanaman Padi
Penyakit hawar daun bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae dapat terjadi melalui air, angin, dan benih. Infenksi terjadi melalui luka/lubang alami (stomata).
Pengendaliannya adalah:
* Penanaman varietas tahan merupakan salah satu cara pengendalian, namunketahanan verietas saat ini di Indonesia     bersifat spesifik lokasi karena strain HDB berbeda-beda. Saat ini terdapat strain III, IV, V, VI, VII, dan VIII.
*  Amati kerusakan tanaman, bila keparahan penyakit melebihi 20% maka gunakan bakterisida Agrep.
*  Lakukan rotasi tanaman, dan pupuk N yang digunakan jangan berlebihan.

3. Penyakit kerdil Rumput pada tanaman padi
Mewaspadai gejala serangan pada tanaman padi dengan gejala yang mirip penyakit Tungro. Awas, rumpun tanaman padi anda terserang penyakit ‘baru’ yang gejala serangannya mirip serangan tungro. Penyakit ini sudah mulai menyerang tanaman padi di Jawa Barat.

Gejala penyakit 'baru' ini adalah daun tanaman padi berwarna kuning yang mirip dengan gejala penyakit tungro. Secara visual, gejala yang ditunjukkan oleh tanaman terserang penyakit ini adalah: 1) Dalam satu rumpun yang terserang kadang hanya beberapa anakan atau bahkan gejala hanya pada beberapa daun saja, 2) Gejala daun berwarna kuning kadang hanya terjadi pada daun bawah/daun tua, daun yang menguning pada akhirnya akan mengering yang dimulai dari bagian ujungnya, 3) Tanaman yang terserang pada stadia dewasa, menunjukkan daun berwarna kuning-oranye tetapi lebar daun normal dan jumlah anakan serta tinggi tanaman sama dengan tanaman sehat. Hanya saja, apabila tanaman padi terinfeksi sejak awal stadia vegetatif, biasanya tanaman akan mati.

Dari hasil pemantauan tim peneliti BB Padi, penyakit dengan gejala menguning tersebut sudah nampak sejak musim tanam 2006 dan akhir-akhir ini sudah menyebar di Jawa Barat seperti Subang, Karawang, Purwakarta, Bandung, Cianjur, Indramayu, Cirebon, dan Kuningan. Penyakit tersebut juga sudah ditemukan di Serang Banten.

Bahkan menurut Dr. Baehaki peneliti wereng coklat BB Padi, penyakit ini juga sudah ditemukan di daerah Simalungun-Sumatera Utara. Penyakit tersebut dapat menyerang pada varietas populer yang ditanam petani, seperti Ciherang, Mekongga, dan Muncul.

Untuk itulah keberadaan penyakit ini perlu diwaspadai sejak awal pertanaman. Pemantauan di Kebun Percobaan BB Padi Sukamandi pada musim kemarau 2007 pada beberapa varietas padi berumur 5-6 minggu setelah tanam menunjukkan keberadaan penyakit mencapai 16% (Table 1). Bahkan pemantauan di lahan petani sekitar Sukamandi keberadaan penyakit kerdil rumput tipe 2 ini mencapai lebih dari 30%.
Hasil pengujian yang dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi menunjukkan bahwa penyakit dengan gejala menguning tersebut bukan penyakit tungro, melainkan satu jenis penyakit yang disebabkan oleh virus kerdil rumput tipe-2 (Rice grassy stunt virus 2). Indikasi ini ditunjukkan oleh hasil pengujian bahwa penyakit ini dapat ditularkan oleh wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) tetapi tidak ditularkan oleh wereng hijau yang merupakan vektor pembawa penyakit tungro.
Wereng coklat yang telah menghisap cairan pada tanaman terserang penyakit kerdil rumput ini, setelah kurang lebih satu minggu kemudian dapat menularkan virus penyebab penyakit kerdil rumput pada tanaman sehat. Perlu diketahui
bahwa sekali menghisap pada tanaman padi sakit tersebut, maka selama hidupnya wereng coklat tersebut akan membawa dan dapat menyebarkan virus pada tanaman padi lainnya.

Tanaman yang telah terinfeksi tidak dapat disembuhkan. Meskipun tanaman sakit tidak mati dan tetap menghasilkan malai, tetapi pengisian gabahnya akan sangat terganggu. Tanaman sakit tersebut juga akan menjadi sumber inokulum
untuk penularan pada tanaman padi lainnya dengan perantara wereng coklat.

Penyakit semacam ini sebenarnya pernah muncul di Jawa Barat pada sekitar tahun 1980-an, namun seiring dengan menurunnya populasi wereng coklat, penyakit kemudian tidak pernah menjadi masalah dan bahkan hilang dengan
sendirinya. Baru kemudian pada akhir- akhir ini, seiring dengan perkembangan populasi wereng coklat yang meningkat, penyakit kerdil rumput tipe 2 muncul kembali.
Keberadaan penyakit ini perlu diwaspadai karena pada akhir-akhir ini populasi wereng cenderung selalu ditemukan pada pertanaman padi di Jawa Barat dan sekitarnya. Varietas tahan terhadap penyakit virus kerdil rumput tipe 2, sampai saat ini belum ada. Pengendalian penyakit ini hanya dapat dilakukan seiring dengan pengendalian wereng coklat sebagai vektor penyebarnya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi berkembangnya penyakit di lapangan adalah dengan menghilangkan sumber inokulum penyakit di lapangan dan mengendalikan wereng coklat. Menghilangkan sumber
inokulum penyakit di lapangan dapat dilakukan dengan memangkas habis singgang bekas tanaman terserang dan mencabut tanaman terserang yang ditemukan sejak awal pertanaman.

Untuk mengendalikan populasi wereng coklatnya dapat digunakan varietas padi tahan wereng (Memberamo, Widas, Cimelati, Ciapus, Cigeulis), pergiliran varietas, tanam secara serempak, penanaman padi dengan jarak tanam yang
tidak terlalu rapat, dan penyemprotan insektisida. Berbagai insektisida yang efektif untuk pengendalian wereng coklat antara lain yang berbahan aktif: amitraz, bufopresin, fipronil, imidakloprid, karbofuran, karbosulfan, dan tiametoksan.

4. Penyakit Bercak Daun Coklat ( Helmintosporium oryzae )
Gejala kerusakan :
Merusak pelepah daun, malai dan buah yang baru tumbuh serta pada tahap pembibitan yang baru tumbuh. Gejala pada biji / bulir padi adalah bulir berbercak-bercak coklat tetapi masih berisi( bernas) apabila biji tersebut ditanam akan mengalami pembusukan pada saat biji mulai berkecambah dan apabila kecambah tumbuh akan segera mati. Gejala pada tanaman padi dewasa akan mengalami busuk kering.

Pengendaliannya :
1. Merendam benih dengan air hangat dengan penambahan Fungisida
2. Gunakan pemupukan yang berimbang akan mengurangi tingkat serangan
3. Gunakan Varietas padi yang tahan terhadap penyakit bercak daun coklat
4. Semprot dengan menggunakan Fungisida


5. Penyakit Blast ( Pyricularia oryzae )
Gejala kerusakan :
Menyeang daun - buku pada malai dan ujung tangkai malai. Daun/ gelang buku/ tangkai malai/ cabang didekat pangkal malai yang terserang akan menyebabkan pembusukan sehingga bulir padi akan menjadi hampa


Pengendalian :
1. Membakar sisa jerami
2. Menanam varietas padi dengan varietas yang tahan terhadap penyakit ini.
3. Semprot dengan menggunakan Fungisida
4. Pemberian pupuk Nitrogren ( N ) pada masa pertengahan vase vegetatif tanaman dan pada saat fase pembentukan      bulir akan mengurangi tingkat serangan.



REFERENSI
1. Horsfall, J. G. And Ellis, B. C. 1977. Plant disease an advanced treatise. How disease is managed. Vol I. Academic     Press New York, San Francisco, London.
2. Makarim, A.K., I.N. Widiarta, Hendarsih, S., dan S. Abdulrachman. 2003. Petunjuk Teknis Pengelolaan Hara dan     Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Padi Secara Terpadu. Departemen Pertanian;
3. Semangun H. 1990. Penyakit-penyakit tanaman pangan di Indonesia. Gadjah Mada University Press
4. http://visualsunlimited.photoshelter.com/image/I00001SGrN.azp2E
5. http://www.nesmd.com/shtml/22294.shtml
6. http://openpdf.com/ebook/musuh-alami-agrotis-ipsilon-pdf.html
7. Ir. Suprihanto, SP, Msi - Penulis dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi - Dimuat pada Tabloid Sinar Tani edisi     4-10 Juni 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label