Rabu, 10 April 2013

Tanaman Perangkap Hama


Pemanfaatan Senyawa Kimia Alami Sebagai Alternatif Pengendalian Hama Tanaman dengan
TANAMAN PERANGKAP HAMA

Hama masih menjadi kendala utama dalam budidaya berbagai jenis tanaman. Sampai saat ini, petani banyak yang masih menggunakan insektisida untuk mengendalikan berbagai jenis hama yang merusak tanamannya, terutama untuk tanaman yang masih belum tersedia varietas yang tahan terhadap hama hama tersebut. Pengendalian menggunakan insektisida banyak menimbulkan masalah antara lain adanya pencemaran lingkungan oleh insektisida, bisa menyebabkan keracunan bagi petani pengguna insektisida, musnahnya musuh-musuh alami hama hama yang diharapkan dapat menekan populasi hama secara alamiah, bisa menyebabkan serangga menjadi tahan terhadap insektisida sehingga kita harus menggunakan insektisida dengan dosis yang lebih tinggi, dan dapat menyebabkan timbulnya risurjensi hama atau meningkatnya populasi hama setelah penggunaan insektisida.

Perangkap tanam adalah penanaman tanaman perangkap untuk melindungi tanaman budidaya utama dari hama atau beberapa hama tertentu. Tanaman perangkap dapat berasal dari kelompok keluarga yang sama atau berbeda dari tanaman utama. Serangga hama lebih menyukai tanaman perangkap dari pada tanaman utama. Analisanya adalah sama seperti kita ( manusia ) apabila kita disuruh memilih dua piring makanan. Makanan yang satu sesuai dengan selera kita dan makanan yang lain biasa biasa saja maka kita akan lebih memilih makanan yang paling kita sukai. Demikian juga serangga. Apabila dalam satu hamparan lahan terdapat beberapa jenis tanaman yaitu tanaman utama yang biasa biasa saja dan tanaman perangkap yang lebih enak dari tanaman utama ( enak menurut serangga hama bukan menurut manusia atau petani ) maka serangga hama akan lebih memilih tanaman perangkap.

Ada dua jenis penanaman tanaman perangkap yaitu perimeter perangkap dan baris tanam dengan tumpangsari. Perimeter perangkap tanam (perangkap perbatasan tanam) adalah penanaman tanaman perangkap sepenuhnya di sekitar tanaman yang dibudidayakan ( tanaman utama). Ini mencegah serangan hama yang berasal dari sisi luar lahan pertanaman. Hama hama sejenis yang berada diluar lahan pertanian akan tertarik pada tanaman perangkap dibandingkan dengan tanaman utama. 

Tumpangsari dalam Baris Tanaman adalah penanaman tanaman perangkap di baris dalam tanaman utama. 

Campuran adalah menggabungkan kedua parimeter perangkap ( Perangkap perbatasan dan Row tumpangsari )

Keuntungan dari perangkap tanam
1. Mengurangi penggunaan pestisida
2. Menurunkan biaya pestisida
3. Menjaga musuh alami asli
4. Meningkatkan kualitas tanaman itu
5. Membantu melestarikan tanah dan lingkungan
Sebuah penelitian mengatakan bahwa dengan menggunakan tanaman perangkap dapat mengurangi tingkat kerusakan oleh serangga hama sebesar 75 % dan pengurangan biaya penggunaan Pestisida ( Insektisida ).
Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat, selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian hama secara ramah lingkungan, seperti penggunan pestisida nabati atau biopestisida.

Selain dengan pestisida nabati ada salah satu cara pengendalian hama tanaman secara ramah lingkungan yaitu dengan memanfaatkan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan dan serangga (hama). Serangga menggunakan senyawa kimia untuk berkomunikasi dengan serangga lain, demikian juga dengan tumbuhan memiliki senyawa kimia yang dikeluarkan untuk menarik serangga penyerbuk (attractant), ataupun untuk mempertahankan diri (protectant). Dengan memanipulasi senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh serangga ataupun tanaman diharapkan akan dapat menurunkan populasi hama dengan cara menghambat kehadiran hama tersebut dalam suatu areal pertanaman budidaya.

Sebelum dijelaskan tentang cara memanipulasi senyawa kimia yang disekresikan oleh serangga dan tumbuhan untuk pengendalian hama, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai jenis-jenis senyawa kimia tersebut. Senyawa-senyawa kimia yang digunakan oleh serangga untuk berkomunikasi dengan serangga lain ataupun dengan tumbuhan diantaranya adalah:
1. Feromon, merupakan bahan yang disekresikan oleh organisme, dan berguna untuk berkomunikasi secara kimia dengan sesamanya dalam spesies yang sama. Berdasarkan fungsinya ada dua kelompok feromon yaitu:
a. Feromon “releaser”, yang memberikan pengaruh langsung terhadap sistem syaraf pusat individu penerima untuk menghasilkan respon tingkah laku dengan segera. Feromon ini terdiri atas tiga jenis, yaitu feromon seks, feromon jejak, dan feromon alarm.
b. Feromon primer, yang berpengaruh terhadap system syaraf endokrin dan reproduksi individu penerima sehingga menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis.
2. Allomon, adalah suatu senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang dilepas oleh suatu organisme dan menimbulkan respon pada individu spesies lain. Organisme pelepas memperoleh keuntungan, sedang penerimanya dirugikan. Bagi tumbuhan, allomon ini dapat dipakai sebagai sifat pertahanan dari serangan serangga herbivora. Allomon dapat juga dilepaskan oleh serangga untuk menolak predator.
3. Kairomon, adalah suatu senyawa kimia atau campuran senyawa kimia yang dilepas oleh suatu organisme dan menimbulkan respon fisiologis dan perilaku pada individu spesies lain. Senyawa kimia tersebut menimbulkan keuntungan adaptif bagi serangga, individu penerima. Sebagai contoh adalah kairomon yang dihasilkan tanaman jagung, yaitu tricosan, yang dapat menarik Trichogramma evanescens agar dapat menemukan inangnya, yaitu telur Helicoverpa zea.
4. Apneumon, adalah senyawa kimia yang menjadi penghubung antara serangga dengan benda mati. Serangga tersebut terus berkembang biak dengan suburnya dan menjadi makanan beberapa spesies predator.
5. Sinomon, adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh organisme yang dapat menimbulkan respon fisiologis atau perilaku yang memberikan keuntungan adaptif pada kedua belah pihak.

Teknik pemanfaatan senyawa-senyawa kimia tersebut sebagai salah satu alternatif pengendalian hama tanaman adalah sebagai berikut.

A. Pemanfaatan senyawa feromon sintesis (feromoid)
Senyawa feromon seks beberapa spesies serangga telah diidentifikasi, dan telah pula dibuat sintesisnya antara lain Spodoptera litura. Serangga hama yang lain adalah Helicoverpa armigera dengan bentuk senyawa (z,z)-13, 15-oktadekadiena-1-ol asetat dan (z,z)-11, 13-oktadekadiena-1-ol asetat. Senyawa kimia feromon seks Lasioderma serricorne (F.) telah pula diidentifikasi dan dikarakterisasi dengan bentuk senyawa 4,6-dimetil-7-hidroksinonan-3-one. Pemanfaatan feromoid (feromon sintesis) selain untuk memantau populasi juga dapat untuk mengacaukan perkawinan (mating disruption). Dengan kacaunya perkawinan maka tidak banyak telur yang bisa menetas sehingga populasi tertekan. Teknologi ini telah digunakan untuk mengendalikan Plutella xylostella pada kubis, Pectinophora gossypiella (Saund.) pada kapas, serta Grapholita funebrana (F.) dan G. prumifora (F.) pada apel.

B. Pola tanam tumpangsari dan tanaman perangkap
Sistem tumpangsari sering menyebabkan penurunan kepadatan populasi hama dibanding system monokultur, hal ini disebabkan karena peran senyawa kimia mudah menguap (atsiri) yang dilepas dan gangguan visual oleh tanaman bukan inang akan mempengaruhi tingkah laku dan kecepatan kolonisasi serangga pada tanaman inang. Sebagai contoh, tanaman bawang putih yang ditanam diantara tanaman kubis dapat menurunkan populasi Plutella xylostella yang menyerang tanaman kubis tersebut. Hal ini karena senyawa yang dilepas oleh bawang putih tidak sama dengan senyawa yang dilepas tanaman kubis sehingga P. xylostella kurang menyukai habitat tanaman tumpangsari tersebut. Tanaman bawang putih melepas senyawa alil sulfida yang diduga dapat mengurangi daya rangsang senyawa atsiri yang dilepas kubis atau bahkan dapat mengusir hama tersebut.

Penanaman tanaman perangkap di antara tanaman utama juga mulai diterapkan untuk mengendalikan populasi hama. Mekanisme yang terjadi adalah adanya daya tarik yang lebih kuat dari tanaman perangkap dibanding tanaman utama sehingga hama lebih menyukai berada pada tanaman perangkap tersebut. Salah satu tanaman yang mampu menarik serangga hama dan musuh alaminya adalah jagung. Tanaman jagung sebagai perangkap telah berhasil diterapkan untuk mengendalikan Helicoverpa armigera pada kapas.

C. Pemasangan Senyawa / Minyak Atsiri
Prinsip dasar teknik ini sama dengan pola tanam tumpangsari. Perbedaannya, pada teknik ini tidak perlu menanam tanaman sela di antara tanaman utama, melainkan hanya memasang senyawa atsiri, baik sintetis maupun hasil ekstraksi alami (minyak atsiri), di tempat-tempat tertentu pada areal tanaman budidaya. Sampai saat ini senyawa atsiri yang paling banyak digunakan adalah metil eugenol sebagai perangkap hama lalat buah jantan. Senyawa 1,8-cineole yang merupakan senyawa penarik bagi hama pisang, yaitu kumbang Cosmopolites sordidus. Selain untuk mengendalikan hama yang menyerang pertanaman, senyawa atsiri juga telah diuji untuk mengendalikan hama gudang. Senyawa phenol thymol dan carvacrol yang berasal dari tanaman Thymus serpyllum serta terpinen-4-ol yang berasal dari Origanum majorama dapat digunakan sebagai fumigan uintuk hama kumbang kedelai Acanthoscelides obtectus. Eugenol yang berasal dari bunga cengkeh efektif terhadap hama Tribolium castaneum, Sitophilus zeamais, dan Prostephanus truncatus. Dengan demikian senyawa-senyawa atsiri ini nantinya diharapkan dapat digunakan untuk menggantikan bahan fumigasi kimia yang telah diaplikasikan selama ini di gudang-gudang penyimpanan. Penelitian dalam skala komersial perlu dilakukan untuk membuktikan efektifitas teknologi ini.

D. Pemanfaatan sampah/ bahan organik
Teknik ini memanfaatkan senyawa apneumon sebagai senyawa kimia penghubung antara serangga dengan benda mati. Sampah sebagai sarang musuh alami, khususnya predator, tampaknya belum terpikirkan untuk sarana pengendalian hama. Sampah (bekas gulma yang disiang) merupakan media hidup yang baik bagi musuh alami. Sampah yang lapuk tersebut sebenarnya merupakan media hidup mikroorganisme yang menjadi makanan predator. Akibatnya populasi hama tanaman dapat ditekan dengan meningkatnya predator tersebut. Contoh yang lain adalah kumbang kelapa Oryctes rhinoceros L. yang meletakkan telurnya pada kotoran sapi yang sudah lapuk atau tumpukan batang kelapa yang lapuk. Dengan demikian akan terjadi akumulasi larva pada satu tempat, khususnya apabila disediakan perangkap, sehingga pengendalian mekanis mudah, murah dan cepat dilakukan.
Dengan menerapkan teknik-teknik tersebut pada lahan pertanian diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia yang kita tahu banyak minimbulkan dampak negatif. Selain itu juga menghemat biaya untuk pengendalian hama tanaman.

Kalau kita mengamati lingkungaan disekitar kita, kadang-kadang kita bisa melihat pada suatu tanaman populasi hamanya lebih tinggi dibandingkan tanaman lainnya yang juga terserang oleh hama tersebut. Hal ini berarti suatu jenis tanaman lebih menarik bagi hama untuk makan dan meletakkan telurnya. Tanaman yang lebih menarik bagi hama tersebut dapat dimanfaatkan sebagai tanaman peragkap untuk mengendalikan hama pada tanaman utama yang kurang disukai dibandingkan dengan tanaman perangkapnya. Tanaman utama ini apabila di tanam tanpa tanaman lain yang lebih disukai oleh hama akan diserang oleh hama tersebut. Sebagai contoh, apabila kita menanam jagung, kedelai, kacang gude dan kacang hijau, maka akan terlihat bahwa Helicoverpa armigera (penggerek buah kapas/tongkol jagung) yang merupakan hama utama pada ke empat jenis tanaman tersebut akan terkonsentrasi pada kacang gude dan jagung. Populasi telur hama ini pada jagung lebih banyak dibandingkan dengan pada kacang gude. Jadi pada kasus tersebut, tanaman jagung dapat dimanfaatkan sebagai tanaman perangkap untuk mengurangi serangan hama pada tanaman kedelai. Berdasarkan pengalaman, penamanan jagung dapat melindungi serangan Helicoverpaarmigera pada tanaman kedelai sampai dengan jarak 14 m dari tanaman jagung. Jadi untuk pengendalian Helicoverpa armigera pada tanaman kedelai, kita dapat melakukan tumpang sari antara jagung dan kedelai dengan jarak antara tanaman jagung dan kedelai maksimal 14 m. Pada tanaman jagung, hama tersebut meletakkan telurnya pada rambut jagung dan umumnya hanya satu ulat yang dapat mencapai instar 3 karena adanya kanibalisme ulat pada tongkol jagung. Ulat ini hanya memakan bagian ujung dari tongkol jagung sehingga tidak menyebabkan kerugian yang berarti pada tanaman jagung. Karena ulat ini hanya meletakkan telurnya pada rambut jagung yang masih segar, maka dalam memanfaatkan tanaman jagung sebagai tanaman perangkap untuk mengendalikan Helicoverpa armiger a dalam budidaya kedelai, maka penanaman tanaman jagung diatur sedemikian rupa agar pada saat tanaman kedelai mencapai stadium yang disukai oleh hama ini yaitu stadium pembungaan sampai pengisian biji, tanaman jagung berada dalam fase berbunga. Karena umur bunga jagung tidak lama, maka kita harus menanam tiga varietas jagung yang umur berbunganya berbeda 10-15 hari dalam satu lubang apabila kita akan mengendalikan hama ini pada tanaman kedelai. Dengan cara yang sama, tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk pengendalian Helicoverpa armigera pada tanaman kapas . Seandainya kita akan mengendalikan populasi hama ini agar pada musim tanam yang akan datang populasinya rendah, maka kita cukup mengendalikan hama ini menggunakan insektisida pada tanaman jagung yang populasi tanamannya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman kedelai sehingga biaya pengendalian menggunakan insektisida akan rendah.

Contoh lainnya adalah kalau kita mengamati tanaman jambu biji/kelutuk yang ditanam bersebelahan dengan belimbing, maka akan terlihat buah jambu biji relatif bersih dari serangan lalat buah. Jadi kalau kita akan membudidayakan jambu biji secara komersial, kita dapat menanam belimbing diantara tanaman jambu biji untuk mengurangi kerugian akibat serangan lalat buah. Berbeda dengan pemanfaatkan tanaman jagung sebagai tanaman perangkap dimana tanaman jagungnya masih dapat dipanen, dalam kasus tanaman belimbing sebagai tanaman perangkap, kita mengorbankan tanaman belimbing untuk menyelamatkan tanaman jambu biji. Kalau kita masih ingin memanen belimbingnya, maka sebagian buah belimbing dibungkus, sedangkan buah lainnya dalam satu pohon dibiarkan terbuka supaya masih dapat digunakan sebagai perangkap lalat buah. Dalam kasus belimbing sebagai tanaman perangkap, buah-buah belimbing yang jatuh ke tanah karena busuk terserang lalat buah harus kita bakar atau kubur dalam tanah agar ulat lalat buah tidak sempat menjadi pupa atau lalat buah dewasa.

Contoh tanaman perangkap lainnya dapat dilihat apabila kita mengamati populasi hama pengisap polong kedelai, Nezara viridula pada tanaman kedelai, kacang hijau, kacang panjang dan Sesbania sp. yang merupakan tanaman inang hama tersebut . Pada tanaman-tanaman tersebut, akan terlihat bahwa sebagian besar populasi hama pengisap polong tersebut akan terkonsentrasi di tanaman Sesbania sp. Jadai kalau kita akan mengurangi kerugian hasil kedelai akibat serangan pengisap polong ini, kita dapat menanam Sesbania sp. disekeliling tanaman kedelai. Penanaman Sesbania sp. ini diatur waktunya agar pada saat kedelai berbunga, tanaman Sesbania sp. juga berbunga. Jadi dalam kasus ini, tanaman Sesbania sp harus ditanam lebih awal dibandingkan penanaman kedelai. Kalau kita akan menurunkan populasi hama ini agar populasinya rendah pada musim tanam yang datang, maka kita cukup mengendalikan populasi hama ini menggunakan insektisida pada tanaman Sesbania sp. sehingga kita bisa menghemat biaya pengendalian.

Berbagai tanaman yang bisa digunakan sebagai tanaman perangkap dalam pengendalian hama dapat kita baca diberbagai hasil penelitian tentang tanaman perangkap yang telah diterbitkan. Tanaman perangkap tidak harus dari species yang berbeda, karena tanaman perangkap dapat berasal dari spesies yang sama tetapi tanaman tersebut lebih menarik bagi hama dibandingkan dengan tanaman lainnya atau dengan kata lain tanaman tersebut lebih disukai oleh hama sebagai tempat untuk makan dan bertelur dibandingkan dengan tanaman lainnya. Manfaat penggunaan tanaman perangkap dalam pengendalian hama antara lain dapat mengurangi penggunaan Insektisida dalam pengendalian hama sehingga derajat kesehatan petani meningkat, biaya produksi menjadi lebih rendah, mengurangi pencemaran lingkungan, memberi kesempatan musuh alami mengendalikan hama secara alamiah karena musuh alami tidak punah karena penggunaan insektisida yang intensif dalam pengendalian hama. Selain itu, tanaman perangkap dapat dimanfaatkan untuk melakukan konservasi musuh alami sehingga musuh alami dapat berperan dalam pengendalian hama. Penggunaan tanaman perangkap untuk pengendalian hama kurang dimanfaatkan oleh petani mungkin karena perbedaan waktu tanam merepotkan bagi petani dan petani kurang tertarik karena hama masih tampak banyak di lingkungan pertanaman utamanya walaupun sudah tidak merugikan tanaman utamanya. Petani umumnya sudah terbiasa mengendalikan hama dengan menggunakan insektisida yang dapat menurunkan populasi hama dengan sangat nyata dan cepat.

DAFTAR TANAMAN PERANGKAP yang DAPAT DIMANFAATKAN UNTUK MENGENDALIKAN SERANGGA HAMA

TANAMAN PERANGKAP
TANAMAN UTAMA
METODE PENANAMAN
HAMA YANG DIKENDALIKAN
Alfalfa
(Meyer, 2003)
KapasStrip tumpangsariLygus bug
Basil dan marigold
(MMSU, 2003)
Bawang putihPerbatasan tanamanThrips
Tanaman Castor
( Ricinus communis )
(Hasse, 1986; 1987)
KapasPerbatasan tanamanHeliotis sp.
Tanaman Chervil
(Ellis, Bradley, 1996)
Sayur-sayuran
Hiasan
Di antara tanamanSiput
Kubis cina,
sawi, dan lobak
(Facknath, 1997; Muniappan, Lali, 1997)
KubisTanam di setiap 15 baris kubisKubis webworm
Kutu hopper
Mustard kutu
Buncis dan kacang lainnyaJagungRow tumpangsariWereng
Daun kumbang
Penggerek batang
Fall ulat grayak
Chickpea
(Grundy; Pendek, 2003)
KapasBlok perangkap tanaman pada
20 tanaman / meter persegi (Brown, 2002)
Heliotis sp.
Sawi
(Boucher; Durgy, 2003)
KubisPerbatasan tanamanDiamondback ngengat
Jagung
(Hasse, 1986; 1987)
KapasRow campuran, ditanam di
setiap 20 baris kapas
atau setiap m 10-15
Heliotis sp.
Kacang Tunggak / Kacang panjang
(CIKS, 2000)
KapasRow tumpangsari di setiap
5 baris kapas
Heliotis sp.
Desmodium
(ICIPE, 2003)
Jagung
Kacang tunggak
Jawawut
Sorgum
Row tumpangsariPenggerek batang padi
Striga
Dill dan lovage
(Ellis, Bradley, 1996)
TomatRow tumpangsariTomat hornworm
Kacang buncis
(Ellis, Bradley, 1996)
KedelaiRow tumpangsariMeksiko kacang kumbang
Kuda lobak
(DA, Filipina, 1997)
KentangTumpangsariKumbang kentang Colorado
Hot ceri / lada
(Boucher; Durgy, 2003)
PaprikaPerbatasan tanamanLada belatung
Indian Sawi
(Cornell University, 1995)
KubisStrip tumpangsari di
antara plot kubis
Kubis kepala ulat
Marigold
(Marigold Perancis dan Afrika)
(Vann; Kirkpatrick, Cartwright, 2004)
(Dofour; Guerena, Earles, 2003)
Solanaceous
Cruciferaceae
Legum
Cucurbits
Row / strip tumpangsari Nematoda
Medic, Medicago litoralis
(Miles, C.;. Et al, 1996)
WortelStrip tumpangsari di antara
wortel plot
Wortel root terbang
Rumput Napier
(ICIPE, 2003)
JagungTumpangsari
Perbatasan tanaman
Penggerek batang padi
Nasturtium
(Ellis, Bradley, 1996)
KubisRow tumpangsariAfid
Kutu kumbang
Mentimun kumbang
Squash anggur penggerek
Okra
(Hasse, 1986; 1987)
KapasPerbatasan tanamanBunga kapas kumbang
Bawang merah dan bawang putih WortelBorder tanaman atau penghalang
tanaman di antara petak Wortel root terbang
Thrips
Lobak
(Ellis, Bradley, 1996)
Kubis keluargaRow tumpangsariKutu kumbang
Root belatung
Gandum hitam
(OIKOS, 2003)
KedelaiRow tumpangsariJagung belatung bibit
Sesbania
(Naito, 2001)
KedelaiRow tumpangsari pada jarak
15 m terpisah
Stink bug
Sicklepod
(OIKOS, 2003)
KedelaiStrip tumpangsariVelvet kacang ulat
Green bau bug
KedelaiJagungRow tumpangsariHeliotis sp.
Rumput Sudan / Rumput gajah
(ICIPE, 2003) 
JagungTumpangsari
Perbatasan tanaman
Penggerek batang padi
Bunga matahari
(CIKS, 2000)
KapasRow tumpangsari di setiap
5 baris kapas
Heliotis sp.
Tansy
(DA, Filipina, 1997)
KentangTumpangsariKumbang kentang Colorado
Tembakau
(Hasse, 1986; 1987)
KapasRow campuran, ditanam di
setiap 20 baris kapas
Heliotis sp.
Tomat
(Makumbi, 1996)
KubisTumpangsari (Tomat ditanam
2 minggu depan di perbatasan petak ')
Diamondback ngengat
Rumput Vertiver
(Van de Berg, tanpa tahun)
JagungPerimeter tanamanPenggerek batang jagung
AlfalfaStroberyTumpangsariwestern tarnished plant bug (WTPB)
Mengurangi WTPB rata-rata 70%
Bunga matahariKacang tanahTumpangsariPenggerek Buah pada tanaman kacang tanah
Tanaman jarak kepyar, sorgum, dan kacang hijauTembakauTumpangsariHama hama tembakau


Gambar tanaman perangkap.
 Alfafa
Bagian Alfafa
 

Alfafa di sela sela tanaman Strobery

Tanaman Basil dan marigold
 

Basil dan marigold 

Tanaman bunga matahari
 

Tanaman bunga matahari diantara tanaman kacang tanah

Tanaman Castor
 

Tanaman Castor 

Tanaman Jarak
 

Bagian tanaman Chickpea 

Chickpea
 

Biji Chickpea 

Tanaman Chervil 
 

Tanaman Chervil 

Tanaman desmodium
  

Tanaman desmodium 

Dill dan lovage 
  

Dill dan lovage 

Tanaman lada
  

Tanaman Kacang buncis

Tanaman lobak
  

Marigold 

Marigold
  

Madicago 

Madicago
  

Sicklepod 

Sicklepod
  

Medic, Medicago litoralis 

Nastrutium
  

Nastrutium 

Okra
  

Buah okra

Rumput gajah
  

rumput vertivel 

Sesbania
  

Sesbania 

Tansy
  

Tansy 
 


Perimeter perangkap tanam (perangkap perbatasan tanam) adalah penanaman tanaman perangkap sepenuhnya di sekitar tanaman yang dibudidayakan ( tanaman utama). Ini mencegah serangan hama yang berasal dari sisi luar lahan pertanaman. Hama hama sejenis yang berada diluar lahan pertanian akan tertarik pada tanaman perangkap dibandingkan dengan tanaman utama. 

Tumpangsari dalam Baris Tanaman adalah penanaman tanaman perangkap di baris dalam tanaman utama. 

Campuran adalah menggabungkan kedua parimeter perangkap ( Perangkap perbatasan dan Row tumpangsari )

Tips untuk sukses perangkap tanam
1. Buatlah rencana pertanian. Ini akan memandu Anda di mana tanaman perangkap harus ditaburkan atau ditanam.
2. Belajarlah untuk mengetahui dan mengidentifikasi hama yang menyerang atau yang berpotensi menyerang tanaman      utama
3. Pilih tanaman perangkap yang lebih menarik bagi hama dibandingkan dengan tanaman utama. Mintalah bantuan dari      petani setempat atau bisa mencari informasi di internet. Banyak informasi yang dapat anda peroleh
4. Monitor tanaman Anda secara teratur.
5. Segera mengendalikan hama yang ditemukan pada tanaman perangkap. Pangkas atau menghapus tanaman      perangkap setelah populasi hama tinggi, jika tidak mereka akan berfungsi sebagai tempat berkembang biak dan       hama akan menyerang seluruh peternakan Anda.
6. Bersiaplah untuk mengorbankan tanaman perangkap Anda sebagai tanaman awal dan menghancurkan mereka      sekali serangan hama tinggi.
7. Pilih tanaman perangkap yang mempunyai nilai ekonomi lebih rendah daripada tanaman utamanya
8. Kontrol selalu tanaman perangkap jangan sampai tanaman habis dimakan oleh serangga hama. Anda bisa      menyiapkan sulaman jika diperlukan. Perlu diperhatikan bahwa apabila tanaman perangkap habis atau mati maka      serangga hama akan menyerang tanaman utama.
9. Selalu menyimpan catatan pertanian.
Tanaman perangkap digunakan untuk melindungi tanaman komoditas utama( tanaman yang dibudidayakan ) dari hama utama atau hama sekunder. Tanaman perangkap dapat menjadi spesies tanaman yang berbeda, variasi, atau hanya sebuah tahap pertumbuhan yang berbeda dari spesies yang sama sebagai tanaman utama, selama tanaman perangkap lebih disukai serangga hama dibandingkan tanaman utama.

Tanaman perangkap akan semakin efektif apabila dapat mengumpulkan hama utama yang dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman utama. Penggunaan tanaman perangkap akan lebih ekonomis apabila mudah ditanam dan dipelihara, dan akan lebih menguntungkan apabila tanaman perangkap juga mempunyai nilai jual ( kita mempunyai dua keuntungan) dan tanaman perangkap dapat di tanam pada daerah yang sempit diantara tanaman utama.
Yang paling penting adalah tanaman perangkap tidak boleh bersaing dengan tanaman utama. Bersaing untuk memperoleh pupuk, cahaya, air, atau tanaman perangkap mengeluarkan alelopati yang mengganggu tanaman utama.

Perimeter Trap tanam melibatkan penanaman jenis tumbuhan yang menarik sehingga benar-benar mengelilingi tanaman utama seperti dinding benteng. Sebuah tanaman perangkap penghalang di semua sisi berguna untuk melindungi tanaman dari serangan hama yang mungkin datang dari beberapa arah. Penanaman tanaman perangkap akan lebih efektif apabila menggunakan metode campuran yaitu tanaman perangkap ditanam disekeliling tanaman utama; tanaman perangkap juga ditanam di antar barisan tanaman utama. Penanaman tanaman perangkap di sekeliling tanaman utama untuk mengurangi serangga hama dari luar. Penanaman tanaman perangkap di antara barisan tanaman utama untuk mengalihkan serangga hama yang sudah masuk ke lahan pertanian kita.

Dan yang paling penting adalah apabila serangga hama sudah tertarik dan memakan tanaman perangkap maka tugas kita dalah membunuh serangga hama yang ada di tanaman perangkap baik secara manual maupun dengan menggunakan pestisida. Yang disemprot adalah tanaman perangkapnya, bukan tanaman utamanya. Cara ini akan mengjhemat penggunaan pestisida.


Keuntungan menggunakan metode tanaman perangkap adalah :
  1. Ramah lingkungan dan yang paling utama adalah mengurangi kerusakan tanaman utama dari serangan serangga hama sampai 75 %.
  2. Dapat melestarikan musuh alami serangga hama sehingga keseimbangan ekosistem di lahan akan selalu terjaga
  3. Kualitas hasil panen semakin lebih baik karena sedikit residu pestisida yang melekat pada hasil panen
  4. Mengurangi penggunaan pestisida
  5. Mengurangi biaya produksi dan tenaga
  6. Tingkat efektifitas tanaman perangkap untuk mengendalikan serangga hama tinggi
 

REFERENSI 
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_pangan/pemanfaatan-senyawa-kimia-alami-sebagai-alternatif-pengendalian-hama-tanaman/
http://www.linkpdf.com/ebook-viewer.php?url=http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/buletin/nurindah.pdf
http://www.linkpdf.com/download/dl/tanaman-perangkap-untuk-pengendalian-serangga-hama-tembakau-.pdf
http://budisoegi.wordpress.com/2009/10/27/pemanfaatan-tanaman-perangkap-untuk-pengendalian-hama/
http://en.wikipedia.org/wiki/Trap_crop
http://www.oisat.org/control_methods/cultural__practices/trap_cropping.html
http://www.hort.uconn.edu/ipm/veg/htms/ptcworks.htm
http://www.nysaes.cornell.edu/pp/resourceguide/appendix/appendix_c.php
http://ofrf.org/funded/highlights/swezey_01s44.html
http://ufinsect.ifas.ufl.edu/stink_bugs/bug_trap_crops.htm
http://www.icrisat.org/vasat/learning_resources/crops/groundnut/gnut_insectpest/html/m2l3/index.html
http://www2.dpi.qld.gov.au/cropresearch/14909.html
http://www.omafra.gov.on.ca/english/crops/hort/news/vegnews/2009/vg1009a1.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label